Pages

Hukum Tambahan Lafazh "Sayyidina" dalam Shalawat Nabi.

بسم الله الرحمن الرحيم

Kaum muslimin berselisih pendapat tentang hukum penambahan lafazh “sayyidina” di dalam shalawat nabi. Ada yang mengatakan boleh, ada yang mengatakan wajib, dan ada pula yang mengatakan tidak boleh. Mari kita melihat riwayat hadits dan sejarah Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم dan para sahabat beliau.

Ternyata penambahan lafazh “sayyidina” ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah  صلى الله عليه وسلم , para sahabat, dan tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Jika seandainya penambahan lafazh “sayyidina” di dalam shalawat disyariatkan pastilah hal ini telah tersebut di dalam riwayat-riwayat hadits yang shahih. Ternyata hal seperti ini tidak ditemukan sama sekali di dalam kitab-kitab hadits.

Berikut ini kami sampaikan beberapa bentuk shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada umatnya. Bentuk-bentuk shalawat seperti inilah yang seharusnya diamalkan oleh seorang muslim karena tidaklah Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan suatu perkara kepada umatnya melainkan ia pastilah merupakan suatu kebaikan yang tidak ada kebaikan lain yang lebih baik daripadanya, sehingga tidak perlu lagi dilakukan penambahan atau pengurangan sedikitpun terhadapnya.

1. Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Para sahabat berkata: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat untuk anda?’ Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab: Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

[HR Al Bukhari (3369) dan Muslim (407)]

2. Dari Abdurrahman bin Abi Laila, dia berkata: Ka’b bin ‘Ujrah radhiallahu ‘anhu menemuiku, lalu dia berkata: ‘Maukah engkau kuberikan sebuah hadiah yang kudengar dari Nabi صلى الله عليه وسلم ?’ Aku menjawab: ‘Tentu saja.’ Lalu dia memberikan hadiah itu untukku. Dia berkata: ‘Kami pernah bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم : Wahai Rasulullah, bagaimana cara bershalawat kepada kalian Ahlul Bait, karena Allah telah mengajari kami bagaimana cara mengucapkan salam kepada kalian?’ Beliau menjawab: Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

[HR Al Bukhari (3370) dan Muslim (406)]

3. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Kami (para sahabat) berkata: ‘Wahai Rasulullah, ini adalah (cara mengucapkan) salam kepada anda, lalu bagaimana cara kami bershalawat untuk anda?’ Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ

[HR Al Bukhari (4798)]

4. Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم mendatangi kami yang sedang berkumpul di majelis Sa’d bin Ubadah. Lalu Basyir bin Sa’d berkata kepada beliau: ‘Allah ta’ala memerintahkan kami untuk bershalawat untuk anda, wahai Rasulullah. Lalu bagaimana cara kami bershalawat untuk anda?’ Lalu Rasulullah diam sampai-sampai kami berandai-andai dia (Basyir) tadi tidak bertanya kepada beliau. Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab: “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ في العَالمَيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Adapun salam (untukku) maka seperti yang telah kalian ketahui.” [HR Muslim (405)]

Adapun yang dimaksud oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang salam tersebut adalah lafadh: السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Di dalam beberapa riwayat hadits-hadits di atas ada tambahan di luar Shahihain (Shahih Al Bukhari dan Muslim). Untuk lebih lengkapnya, silakan membaca kitab Shifatush Sholatin Nabi صلى الله عليه وسلم karangan Syekh Al Albani rahimahullah.

Jadi, penggunaan tambahan lafadh “sayyidina” di dalam shalawat Nabi tidaklah disyariatkan. Penambahan lafadh ini juga bukanlah suatu bentuk kecintaan yang benar kepada Rasulullah  صلى الله عليه وسلم .

Justru sebaliknya, dengan tidak menggunakan lafazh “sayyidina” di dalam shalawat Nabi menunjukkan akan kecintaan kita dan pengagungan kita terhadap sunnah beliau, karena kita telah melakukan usaha pemurnian terhadap sunnah beliau dan mengikuti tuntunan beliau. Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu) : "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah itu Ghafur (Maha Pengampun) lagi Rahim (Maha Pemberi rahmat).” [QS Alu Imran: 31]

Adapun untuk shalawat ketika nama Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم disebutkan, maka cukup mengucapkan shalawat ringkas dan sederhana seperti: صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالَّسلَامُ , atau yang sejenisnya.

والحمد لله رب العالمين