Pages

Uwais bin Amir Al Qarani

بسم الله الرحمن الرحيم

Kisah ini kami terjemahkan secara makna untuk menyesuaikan dengan pemahaman pembaca. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim di kitab Shahihnya (2542) dengan menyebutkan sanadnya sampai kepada Usair bin Jabir.

Usair berkata: Dahulu Umar ibnul Khaththab jika datang kepadanya rombongan dari negeri Yaman beliau akan bertanya kepada mereka: “Apakah di dalam rombongan kalian ada seseorang yang bernama Uwais bin Amir?”

Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan Uwais. Beliau bertanya: “Apakah anda Uwais bin Amir?”
Uwais menjawab: “Ya.”
Umar bertanya: “Anda berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran?”
Uwais menjawab: “Ya.”
Umar bertanya: “Dahulu anda pernah menderita kusta, lalu anda sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulit anda sebesar koin dirham saja yang belum sembuh?”
Uwais menjawab: “Ya.”
Umar bertanya: “Anda masih memiliki seorang ibu, kan?”
Uwais menjawab: “Ya.”
Umar berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari negeri Yaman. Dia berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran. Dahulu dia pernah menderita kusta, lalu dia sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulitnya sebesar koin dirham saja yang belum sembuh. Dia memiliki seorang ibu, yang mana dia itu sangat berbakti kepada ibunya. Kalau dia itu berdoa kepada Allah pasti akan dikabulkan. Apabila engkau mampu membujuknya agar dia mau memintakan ampun untukmu kepada Allah maka lakukanlah.”
Umar berkata kepada Uwais: “Mintakanlah ampun untuk saya kepada Allah.” Lalu Uwais pun memintakan ampunan kepada Allah untuk Umar.
Umar bertanya: “Anda hendak menuju ke mana?”
Uwais berkata: “Saya hendak menuju ke negeri Kufah.”
Umar berkata: “Maukah anda saya tuliskan surat pengantar kepada penguasa Kufah agar melayani dan memuliakan anda?”
Uwais berkata: “Saya lebih senang berada bersama kalangan orang-orang yang lemah dan sederhana.”

Usair berkata: Pada tahun depannya, salah seorang tokoh pimpinan negeri Kufah melaksanakan haji dan bertemu dengan Umar. Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais.
Tokoh tersebut berkata: “Saya pergi haji dan Uwais berada dalam keadaan miskin dan sedikit hartanya.”
Umar berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari negeri Yaman. Dia berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran. Dahulu dia pernah menderita kusta, lalu dia sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulitnya sebesar koin dirham saja yang belum sembuh. Dia memiliki seorang ibu, yang mana dia itu sangat berbakti kepada ibunya. Kalau dia itu berdoa kepada Allah pasti akan dikabulkan. Apabila engkau mampu membujuknya agar dia mau memintakan ampun untukmu kepada Allah maka lakukanlah.”
Lalu tokoh tersebut sepulang dari hajinya pergi mendatangi Uwais dan berkata: “Mintakanlah ampunan kepada Allah untuk saya.”
Uwais berkata: “Anda baru saja pulang dari perjalanan yang baik (haji), maka justru andalah yang sepatutnya memintakan ampunan untuk saya.”
Tokoh tersebut berkata: “Tidak, mintakanlah ampunan untuk saya.”
Uwais berkata: “Anda baru saja pulang dari perjalanan yang baik (haji), maka justru andalah yang sepatutnya memintakan ampunan untuk saya.”
Uwais bertanya: “Apakah anda bertemu dengan Umar?”
Tokoh tersebut menjawab: “Ya.” Akhirnya Uwais pun berdoa kepada Allah memintakan ampunan untuk tokoh itu.
Akhirnya, tersebarlah berita tentang keshalihan Uwais dan kemustajaban doanya itu ke khalayak ramai. Lalu pergilah Uwais meninggalkan mereka.

------------------------------------

Uwais bin Amir ini juga dikenal dengan nama Uwais Al Qarani karena beliau berasal dari daerah Qaran, Yaman. Dikatakan oleh para ulama hadits, Uwais ini adalah tokohnya para tabi’in dari segi ibadah dan keshalihan. Sedangkan dari segi ilmu dan riwayat hadits, maka tokoh tabi’in dalam hal ini adalah Sa’id ibnul Musayyab.

Ada banyak keteladanan beliau yang patut kita contoh dari dalam kisah ini. Silakan teman-teman mengumpulkan sendiri mutiara-mutiara tersebut dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi diri kita masing-masing.

Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita semua dengan menjadikan beliau sebagai teladan di dalam kehidupan kita, tentunya dengan tetap menjadikan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tokoh teladan yang paling utama.

وبالله التوفيق