Pages

Beramal untuk Mengharapkan Dunia adalah Syirik

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat sering melihat kebanyakan manusia melakukan amalan agama dengan tujuan untuk mendapatkan kepentingan, keuntungan, dan manfaat duniawi. Seperti orang yang berjihad untuk mendapatkan harta rampasan perang, menggantikan haji orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan bayaran upah, belajar agama untuk mendapatkan pekerjaan dan kedudukan, berdakwah untuk mencari kekayaan dengan cara memasang tarif yang tinggi, dan lain sebagainya.

Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah dengan tegas melarang kita untuk beramal dengan tujuan yang seperti ini karena ia tergolong kepada perbuatan syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [QS Hud: 15-16]

Di dalam ayat yang lain:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19) كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا (21) انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan duniawi, maka Kami segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam dan dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Rabbmu. Kemurahan Rabbmu tidaklah dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Sungguh kehidupan akhirat itu lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaannya.” [QS Al Isra`: 18-21]

Disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab sebagaimana dinukilkan oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan di dalam kitabnya I’anatul Mustafid (2/104), ada empat golongan yang termasuk ke dalam jenis orang yang melakukan amalan untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Mereka itu adalah:

1. Orang musyrik dan kafir yang melakukan berbagai amalan shalih ketika hidup di dunia ini. Terkadang mereka mendapatkan balasan dari amalan mereka ketika di dunia, namun ketika di akhirat mereka tidak mendapatkan balasan apapun karena amalan yang mereka lakukan tidak berlandaskan di atas tauhid dan keikhlasan kepada Allah ‘azza wa jalla.

2. Orang mukmin yang melakukan amalan-amalan ibadah, namun dia melakukannya bukan untuk mengharapkan wajah Allah. Dia melakukannya semata-mata ingin mendapatkan keuntungan duniawi. Seperti orang yang berjihad untuk mendapatkan harta rampasan perang, menggantikan haji orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan bayaran upah, belajar agama untuk mendapatkan pekerjaan dan kedudukan, berdakwah untuk mencari kekayaan dengan cara memasang tarif tertentu, dan lain sebagainya.Amalan yang seperti ini tidak mendapatkan pahala di dunia dan sia-sia di akhirat kelak karena ia merupakan syirik ashghar (kecil).

3. Orang mukmin yang melakukan amalan shalih dengan ikhlas kepada Allah ta’ala, namun dia mengharapkan kepada Allah balasan-balasan tertentu ketika di dunia, seperti agar Allah menyembuhkan penyakitnya, menghindarkan dirinya dari pengaruh mata jahat (‘ain), atau terhindar dari musuh-musuhnya.

Tujuan seperti ini, meskipun tidak digolongkan kepada syirik, namun ia adalah tujuan yang kurang baik. Seharusnya yang diniatkan oleh setiap muslim dalam amalan shalihnya adalah mengharapkan pahala akhirat. Apabila dia mengharapkan akhirat maka Allah pasti akan memudahkan urusan dunianya sebagaimana di dalam firman Allah ta’ala:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [QS Ath Thalaq: 2-3]

4. Orang yang melakukan amalan shalih lalu dia merusakkannya dengan melakukan kesyirikan, seperti orang yang berdoa kepada selain Allah seperti kepada orang mati dan penghuni kubur keramat seperti yang banyak dilakukan oleh sebagian pihak yang mengaku beragama Islam pada masa kini.

Selesai penukilan dengan perubahan seperlunya tanpa merubah makna. Wallahu ta’ala a’lam bish shawab.

والحمد لله رب العالمين