Pages

Kebenaran tidak Ditentukan oleh Jumlah Pengikut

بسم الله الرحمن الرحيم

Kebenaran suatu agama atau kelompok bukanlah ditentukan dari banyak atau sedikitnya pengikut dan penganut (kuantitas) , akan tetapi ia ditentukan dari kesesuaiannya dengan syariat Allah yang termaktub di dalam Al Quran dan sunnah Rasul (kualitas). Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS Al An’am: 116]

Di dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

“Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” [QS Al Maidah: 49]

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء

“Islam itu dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada masa awalnya dahulu, maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing.” [HR Muslim (145)]

Makna “orang-orang yang asing” di sini adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan syariat Allah dan ajaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم meskipun kebanyakan manusia telah meninggalkan kedua hal tersebut. Mereka tidak mau mengikuti amalan mayoritas manusia yang jauh dari syariat Allah yang murni meskipun dengan konsekuensi dianggap aneh dan asing oleh orang banyak. Sebagaimana halnya pada masa awal Islam datang, kebanyakan manusia menganggap aneh orang-orang yang memeluk Islam, padahala mayoritas manusia pada saat itu menganut agama kesyirikan, Yahudi, atau Kristen.

Oleh karena itu, marilah kita berani dan bangga untuk mengamalkan syariat Islam yang murni, baik di kalangan sendiri ataupun menampakkannya di hadapan manusia. Jangan pernah malu hati (minder) dan lemah untuk melakukannya meskipun dianggap aneh dan asing karena kebanyakan manusia tidak melakukannya.

Ingatlah, kalau orang lain berani dan bangga untuk bermaksiat dan melakukannya (menampakkannya) di hadapan manusia, maka kenapa kita tidak berani dan bangga untuk mengamalkan syariat Islam yang murni di hadapan manusia?! Bukankah al haq itu lebih tinggi derajatnya di sisi Allah daripada kebatilan?! Takutkah dan gentarkah kita dengan sindiran, ejekan, dan celaan manusia?!

Salah satu isi dari sumpah setia (baiat) yang diucapkan oleh para sahabat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah :

وعلى أن نقول بالحق أينما كنا لا نخاف في الله لومة لائم ... 

“ ... dan (bersumpah setia) untuk berkata benar di manapun kami berada, dan tidak takut terhadap celaan orang yang mencela.” [HR Muslim (1709) dari Ubadah ibnush Shamit radhiallahu 'anhu.]

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu 'anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لا يمنعن أحدكم هيبة الناس أن يقول في حق إذا رآه أو شهده أو سمعه

“Janganlah sekali-kali keseganan kalian terhadap manusia menghalangi kalian untuk mengucapkan kebenaran jika dia melihatnya, menyaksikannya, atau mendengarnya.” [HR Ahmad (11030). Hadits shahih.]

Semoga Allah ta'ala, menjadikan kita sebagai senantiasa orang yang teguh di atas kebenaran meskipun dianggap asing adan aneh karena sedikitnya manusia yang mengikutinya. Amin ya Rabbal 'alamin.

وبالله التوفيق