tag:blogger.com,1999:blog-45845068511448493332024-02-21T08:10:48.756+07:00Taisirul FawaidBerbagi Ilmu Agama Islam Ringkas | Blog Pribadi M Zaki Hidayat AUnknownnoreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-43287879205214040182014-02-08T08:10:00.001+07:002014-02-08T08:12:25.850+07:00Larangan Taat kepada Manusia dalam Perbuatan Maksiat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Di antara ajaran yang terdapat di dalam agama Islam adalah wajibnya bagi kita untuk tidak mematuhi makhluk atau manusia yang memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan yang melanggar syariat, seperti maksiat, bid’ah, dan syirik. Kita diwajibkan untuk lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah daripada ketaatan terhadap manusia jika ada pertentangan antara perintah Allah dengan perintah manusia, betapapun tingginya kedudukan dia di atas kita atau betapa dekatnya hubungan dia dengan kita. Allah ta’ala berfirman:<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”</i> [QS Luqman: 15]<br />
<br />
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">لا طاعة في معصية الله، إنما الطاعة في المعروف</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Tidak boleh taat (kepada makhluk) dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.”</i> [HR Al Bukhari (7257) dan (1840)]<br />
<br />
Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> hidup yang berkaitan dengan permasalahan yang kita bicarakan di sini. Pada suatu ketika, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> mengutus pasukan ke suatu daerah untuk suatu misi. Beliau mengangkat seorang komandan dari suku Anshar dan memerintahkan para sahabat untuk mematuhi segala perintahnya.<br />
<br />
Di tengah perjalanan, sang komandan marah kepada pasukannya karena sesuatu hal. Dia pun berkata: “Bukankah Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> telah memerintahkan kalian untuk patuh kepadaku?” Pasukan menjawab: “Ya, benar!”<br />
<br />
“Kalau begitu, kumpulkan untukku kayu bakar!” Perintah sang komandan. Lalu pasukan mengumpulkan kayu bakar dengan segera.<br />
<br />
Setelah terkumpul kayu bakar, komandan berkata lagi: “Nyalakan api!” Lantas api pun dinyalakan sehingga menjadi besar.<br />
<br />
Lalu sang komandan memerintahkan kepada pasukannya: “Masuklah kalian ke dalam api itu!”<br />
<br />
Para sahabat yang menjadi pasukannya merasa berat untuk mengikuti perintah sang komandan untuk masuk ke dalam api karena bisa menyebabkan mereka mati terpanggang sia-sia. Mereka merasa bimbang antara mematuhi perintah komandan dan antara mati bunuh diri. Mereka pun berdiam diri tidak mengikuti perintah tersebut sampai akhirnya api menjadi padam, dan redalah amarah sang komandan.<br />
<br />
Ketika kabar tentang kejadian ini sampai kepada Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> , beliau berkomentar: “Kalau seandainya mereka memasuki api itu (untuk membunuh diri-diri mereka), niscaya mereka tidak akan keluar selamanya darinya (api neraka di akhirat).”<br />
<br />
Kemudian Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> melanjutkan:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">لا طاعة في معصية الله إنما الطاعة في المعروف<o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Tidak ada ketaatan (kepada makhluk) dalam hal bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.”</i><br />
<br />
Maknanya, perintah sang komandan kepada pasukannya agar membakar diri mereka di dalam api, itu adalah perintah untuk berbuat maksiat karena Allah telah melarang hamba-Nya untuk melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, diharamkan bagi mereka untuk menaati perintah tersebut. Allah ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12pt; line-height: 18.399999618530273px;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<i>“Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian.”</i> [QS An Nisa`: 29]<br />
<br />
Kisah ini dapat anda lihat di dalam kitab Shahih Al Bukhari (4340) dan Muslim (1840). Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran dan nasehat bagi kita semua. Amin.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وبالله التوفيق</span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-54587283408658085872014-02-05T08:49:00.002+07:002014-02-05T08:50:51.502+07:00Kisah Rasulullah صلى الله عليه وسلم Terkena Sihir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">بسم الله الرحمن الرحيم<o:p></o:p></span></div>
<br />
Rasulullah Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> di dalam hidup beliau pernah terkena sihir yang dilakukan oleh seorang Yahudi. Hal ini telah dikisahkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya nomor 3268, 5763, 5766, dan 6391; dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya nomor 2189. Berikut ini kisahnya yang kami tampilkan dengan sedikit perubahan gaya penyampaian yang tidak sampai merubah makna hadits yang sebenarnya.<br />
<a name='more'></a><br />
Aisyah berkata: “Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> pernah disihir oleh seorang lelaki Yahudi dari suku Bani Zuraiq yang bernama Labid ibnul A’sham. Dikhayalkan kepada Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> seolah-olah beliau melakukan suatu perbuatan padahal kenyataannya beliau tidak pernah melakukannya.”<br />
<br />
Aisyah melanjutkan: “Sampai pada suatu hari atau suatu malam ketika beliau bersama diriku, Rasulullah tidak henti-hentinya berdoa. Kemudian beliau berkata: “Wahai Aisyah, tahukah engkau bahwasanya Allah telah mengabulkan permohonanku (untuk disembuhkan)? Ada dua orang lelaki yang mendatangiku (di dalam mimpi). Salah satunya duduk di dekat kepalaku dan salah satunya lagi duduk di dekat kakiku.<br />
<br />
Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya: “Apa penyakit orang ini (Nabi)?”<br />
<br />
Temannya menjawab: “Dia terkena sihir.”<br />
<br />
Dia bertanya lagi: “Siapa yang menyihirnya?”<br />
<br />
Temannya menjawab: “Labid ibnul A’sham.”<br />
<br />
Dia bertanya lagi: “Disihir melalui benda apa?”<br />
<br />
Temannya menjawab: “Pada rambut yang rontok dan seludang mayang kurma jantan.”<br />
<br />
Dia bertanya lagi: “Di mana benda-benda ini disembunyikan?”<br />
<br />
Temannya menjawab: “Disembunyikan di sumur Dzarwan.”<br />
<br />
Kemudian Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> pergi mendatangi sumur itu bersama dengan beberapa orang sahabat beliau. Beliau melihat sumur tersebut dan di dekatnya ada sebatang pohon kurma yang tumbuh.<br />
<br />
Kemudian beliau kembali ke rumah dan berkata kepada Aisyah: “Wahai Aisyah, air sumur itu warnanya seperti air rendaman daun inai pacar (coklat kemerahan) dan puncak pohon kurmanya seperti kepala syaithan!”<br />
<br />
Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah anda mengeluarkan benda (yang tersihir) itu dari dalam sumur?”<br />
<br />
Rasul menjawab: “Adapun diriku, maka Allah telah menyembuhkanku, dan aku tidak ingin menimbulkan gejolak keributan yang padanya terdapat kejelekan terhadap orang-orang.”<br />
<br />
Aisyah berkata: “Kemudian Rasulullah memerintahkan supaya sumur tersebut ditimbun.”<br />
<br />
---------------------------------------<br />
<br />
<b>PERHATIAN:</b><br />
<br />
Meskipun benar adanya Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> pernah terkena sihir, akan tetapi jangan dianggap bahwa sihir tersebut berpengaruh terhadap kebenaran wahyu atau syariat yang beliau sampaikan kepada umat. Berikut ini akan kami sampaikan perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah tentang hal ini sebagaimana yang tersebut di dalam kitab Majmu’u Fatawa war Rasail (6/20/257).<br />
<br />
<b>Beliau ditanya:</b><br />
<br />
Benarkah Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> pernah terkena sihir?<br />
<br />
<b>Beliau menjawab:</b><br />
<b><br /></b>Benar, telah tetap di di dalam dua kitab Shahih dan yang selain keduanya bahwasanya Nabi<b> صلى الله عليه وسلم </b>terkena sihir, akan tetapi (kejadian ini) tidak sampai mempengaruhi beliau dari sisi penyampaian syariat atau wahyu. Adapun yang paling parah terjadi di sana hanyalah sampai pada tingkat dikhayalkan kepada beliau bahwa beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak pernah melakukannya.<br />
<br />
Sihir yang terjadi ini adalah berasal dari seorang Yahudi yang bernama Labid ibnul A’sham yang ditujukan kepada beliau (Nabi), akan tetapi Allah ta’ala menyelamatkan beliau sampai datang kepada beliau wahyu tentang itu dan berlindung (kepada Allah) dengan membaca Al Mu’awwidzatan (surat Al Falaq dan surat An Naas), semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau. Sihir ini tidak sampai mempengaruhi kedudukan kenabian karena ia tidak sampai mempengaruhi tindak tanduk Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> yang berkaitan dengan wahyu dan ibadah.<br />
<br />
Demikian perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 30.66666603088379px;">وبالله التوفيق</span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-84761095429080474762013-09-13T11:55:00.000+07:002013-09-13T11:55:13.392+07:00Ketegaran Abu Bakr Ash Shiddiq dalam Menghadapi Kematian Nabi صلى الله عليه وسلم<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Nabi Muhammad<b> صلى الله عليه وسلم</b> wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 H di rumah Aisyah radhiallahu ‘anha. Bila kita memperhatikan sejarah, ternyata kepergian ini telah beliau isyaratkan kepada para sahabatnya sejak beberapa hari sebelum wafat. Namun sayangnya, isyarat ini hanya bisa dipahami oleh satu orang saja, yaitu Abu Bakr Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu.<br />
<br />
Kejadian ini diceritakan oleh Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya nomor 466:<br />
<a name='more'></a><br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">خَطَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ إِنْ يَكُنْ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْعَبْدَ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> berkhuthbah. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan pilihan kepada seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih apa yang ada di sisi-Nya, lantas hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah.” Maka menangislah Abu Bakr radhiallahu ‘anhu. Aku berkata di dalam hati: “Apa yang membuat orang tua ini menangis jika Allah memberikan pilihan kepada seorang hamba untuk memilih dunia atau memilih apa yang ada di sisi-Nya, lantas hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah? Ternyata Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> adalah hamba yang dimaksud, dan Abu Bakr adalah orang yang paling banyak ilmunya di antara kami.”</i><br />
<br />
Beberapa hari setelah kejadian itu, akhirnya Rasul<b> صلى الله عليه وسلم</b> diwafatkan oleh Allah ta’ala, pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 H. Ketika kabar kematian beliau ini sampai ke telinga para sahabat, terjadilah keguncangan yang luar biasa pada diri-diri mereka. Ada yang belum merasa siap untuk kehilangan pemimpin tertinggi mereka, ada yang tidak mempercayainya, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau tidaklah mati, akan tetapi hanya dipanggil sementara oleh Allah dan akan segera kembali kepada mereka.<br />
<br />
Di antara sahabat Nabi yang dengan tegas menolak kematian beliau adalah Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu. Umar berdiri di hadapan para sahabat yang hadir di mesjid Nabawi seraya berkata: “Tidaklah ada yang aku yakini di dalam diriku melainkan hal tersebut.” Yaitu keyakinan bahwa Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> hanya mati sementara. Umar melanjutkan: “Allah akan sungguh-sungguh membangkitkan beliau kembali untuk menebas tangan-tangan dan kaki-kaki mereka.”<br />
<br />
Kemudian datanglah Abu Bakr radhiallahu ‘anhu ke mesjid sambil berkata: “Wahai Umar, duduklah engkau, tenanglah engkau!.” Akan tetapi Umar enggan untuk duduk. Lalu Abu Bakr menghadap kepada para sahabat lainnya untuk berbicara, dan Umar baru duduk ketika Abu Bakr mulai berbicara.<br />
<br />
Abu Bakr memulai pembicaraan dengan bertahmid kepada Allah dan memuji-Nya. Lalu beliau berkata: “Ketahuilah, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad<b> صلى الله عليه وسلم</b> , maka sesungguhnya Muhammad telah wafat; dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tidak pernah mati!” Lalu beliau membaca ayat:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).”</i> [QS Az Zumar: 30]<br />
<br />
dan ayat:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<i>“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, dan telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh lalu kalian berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”</i> [QS Alu ‘Imran: 144]<br />
<br />
Ayat yang dibacakan oleh Abu Bakr tadi, seoalah-olah belum pernah diturunkan oleh Allah dan para sahabat belum pernah mendengarnya. Ketika Abu Bakr membacakan ayat ini, barulah para sahabat bisa menerima kenyataan yang sangat menyedihkan, yaitu kepergian Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> untuk selama-lamanya. Para sahabat seluruhnya menangis tersedu-sedu sembari mengulang-ulangi ayat yang telah dibacakan oleh Abu Bakr kepada mereka tadi.<br />
<br />
Umar ibnul Khaththab berkata: “Begitu aku mendengar Abu Bakr membacakan ayat tersebut, aku tertegun. Kedua kakiku tidak mampu menahan tubuhku, lalu aku tersungkur ke tanah tatkala aku mendengar Abu Bakr membacanya. Barulah aku sadar bahwasanya Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> telah wafat.”<br />
<br />
Demikianlah kisah ketegaran, ketabahan, dan kesabaran Abu Bakr Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu dalam menghadapi kesedihan terbesar dan kenyataan terpahit yaitu meninggalnya Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> di saat para sahabat yang lain mengalami keguncangan yang dahsyat dan kebingungan yang besar.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وبالله التوفيق</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><br /></span></div>
<b>Sumber: </b>Kisah ini kami sarikan dari kitab Shahih Al Bukhari nomor 3667, 3668, dan 4454 dengan perubahan seperlunya.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-55554531350805610922013-04-08T10:59:00.000+07:002013-09-24T17:54:12.425+07:00Lima Kisah Hidup Kembali setelah Mati di Dalam Al Qur`an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Suatu perkara yang wajib diimani dan tidak boleh diragukan adalah kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Pada tulisan kali ini, kami akan menyebutkan lima kisah tentang hidupnya kembali seseorang atau suatu kaum setelah diwafatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang disebutkan di dalam surat Al Baqarah.<br />
<br />
<b>1. Kisah tujuh puluh orang umat Nabi Musa ‘alaihis salam mati tersambar petir.</b><br />
<a name='more'></a><br />
Kejadian ini terjadi ketika sebagian umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang berjumlah tujuh puluh orang menuntut kepada beliau agar dapat menunjukkan wujudnya Allah ta’ala kepada mereka secara jelas dan terang. Jika Musa tidak mampu untuk memenuhi permintaan mereka tersebut, maka mereka tidak bersedia untuk beriman kepada Musa.<br />
<br />
Namun ternyata Allah tidak menyukai perilaku mereka itu dan murka terhadap mereka. Allah pun menurunkan azab kepada mereka dengan menyambarkan petir kepada mereka. Ketika petir itu menyambar sebagian dari mereka, sebagian orang yang lainnya menyaksikan hal tersebut hingga kemudian merekapun disambar oleh petir pula.<br />
<br />
Setelah mereka semua mati akibat disambar petir, barulah Allah menghidupkan mereka kembali agar mereka sadar dan mau bertaubat dari kesalahan mereka tadi.<br />
<br />
Kejadian ini Allah sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 55-56:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“(Ingatlah) ketika kalian berkata: “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas!” sehingga karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian saling menyaksikan (satu sama lain). Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati agar kalian bersyukur.”</i><br />
<br />
<b>2. Peristiwa terbunuhnya seseorang dari kaum Nabi Musa ‘alaihis salam.</b><br />
<br />
Pada suatu hari, ada seorang umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang mati terbunuh dan pelaku pembunuhannya tidak diketahui. Terjadilah perselisihan di antara sesama mereka dan saling tuduh-menuduh dengan mengatakan: “Kalianlah yang membunuh orang itu!” Lalu yang lain membalas: "Justru kalianlah yang sebenarnya membunuh dia!"<br />
<br />
Akhirnya mereka melaporkan kejadian ini kepada Nabi Musa. Lalu beliau memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina dengan ciri-ciri khusus. Setelah sapi betina itu disembelih, lalu Allah memerintahkan untuk mengambil salah satu bagian dari anggota tubuh sapi betina tersebut untuk kemudian dipukulkan kepada orang yang telah mati dibunuh tadi.<br />
<br />
Setelah orang mati itu dipukul dengan salah satu bagian anggota tubuh sapi betina tersebut, lalu tiba-tiba orang mati itu menjadi hidup kembali. Lalu orang-orang menanyakan kepada dia siapakah orang yang telah membunuhnya. Diapun kemudian memberitahukan kepada mereka nama orang yang telah membunuhnya.<br />
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِ اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“(Ingatlah), ketika kalian membunuh jiwa (seorang manusia) lalu kalian saling tuduh menuduh tentang itu, dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kalian sembunyikan. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian berpikir.”</i> [QS Al Baqarah: 72-73]<br />
<br />
<b>3. Kisah penduduk negeri yang pergi menghindari wabah penyakit menular.</b><br />
<br />
Pada masa dahulu kala di suatu negeri, terjangkitlah suatu wabah penyakit menular yang sangat berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian. Karena takut akan kematian, maka merekapun pergi meninggalkan negeri tersebut. Jumlah mereka cukup banyak, yaitu mencapai ribuan orang. Mereka menyangka bahwa dengan pergi keluar dari negeri tersebut mereka akan selamat dari kematian.<br />
<br />
Ternyata persangkaan mereka itu adalah salah. Demi menunjukkan kekuasaan-Nya, Allah mematikan mereka seluruhnya. Setelah beberapa waktu lamanya mereka mati, akhirnya Allah kembali menghidupkan mereka agar mereka menyadari bahwa kematian itu sepenuhnya merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari dan bahwasanya Allah itu berkuasa untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati.<br />
<br />
Kisah ini Allah ceritakan di dalam surat Al Baqarah ayat 243:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;">أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ</span><span style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20pt; line-height: 31px;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sebanyak ribuan orang karena takut mati, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kalian!”, kemudian Allah menghidupkan mereka (kembali). Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”</i><br />
<br />
<b>4. Kisah seorang musafir.</b><br />
<br />
Pada suatu ketika, ada seseorang yang melakukan perjalanan dengan menunggangi keledai. Setelah beberapa lama melakukan perjalanan, sampailah dia di sebuah kota yang tidak berpenghuni lagi dan bangunan-bangunan di sana sudah banyak yang roboh dan rusak.<br />
<br />
Dia mengamati kota tersebut dan merasa takjub. Muncul di pikirannya bahwa kota yang penduduknya telah mati dan bangunannya telah hancur dan rusak parah sedemikian rupa, bagaimanakah caranya bila Allah ingin menghidupkan dan mengembalikan kota ini seperti sedia kala.<br />
<br />
Lalu Allah mematikan orang tersebut selama seratus tahun, sehingga tinggallah keledai dan bekal makanan dan minumannya begitu saja di situ. Tak berapa lama kemudian, keledai itupun ikut mati di dekatnya.<br />
<br />
Setelah seratus tahun berlalu, Allah menghidupkan kembali orang tersebut dan bertanya kepadanya: “Berapa lama engkau berada di sini?” Orang itu menjawab: “Saya baru berada di sini sekitar setengah hari atau satu hari saja.” Allah berkata: “Sebenarnya engkau telah berada di sini selama seratus tahun. Coba engkau lihat bekal makanan dan minumanmu, ia masih belum berubah. Lihatlah pula keledaimu, Kami ingin menjadikanmu sebagai bukti tanda kekuasaan-Ku kepada umat manusia. Perhatikanlah tulang keledaimu, bagaimanakah cara Kami menyusun dan menyambungnya kembali satu sama lain, kemudian setelah itu Kami balut ia dengan daging.”<br />
<br />
Setelah orang itu melihat tanda kekuasaan Allah yaitu bagaimana Allah menghidupkan kembali binatang yang telah mati dan menjadi tulang belulang yang berserakan, diapun berkata: “Saya telah meyakini bahwasanya Allah itu Maha berkuasa atas segala sesuatu.”<br />
<br />
Kisah ini disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam surat Al Baqarah ayat 259:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Atau (tidakkah kamu tidak memperhatikan kisah) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah ia hancur?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Dia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”</i><br />
<br />
<b>5. Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menyembelih burung.</b><br />
<br />
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang yang sangat yakin akan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Akan tetapi muncul di dalam hatinya suatu keinginan untuk dapat menyaksikan hal ini secara langsung dengan mata kepalanya sendiri sehingga keimanannya menjadi semakin kuat dan mantap. Oleh karena itu, beliau memohon kepada Allah agar dapat ditunjukkan kepadanya hal tersebut.<br />
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim. Untuk itu, Allah memerintahkan beliau untuk menangkap hidup-hidup empat ekor burung, kemudian dikumpulkan, dan setelah itu barulah dipotong-potong hingga menjadi bagian-bagian yang kecil. Kemudian setelah itu, beliau diperintahkan untuk menyebarkan potongan-potongan kecil dari keempat ekor burung tadi secara merata di beberapa buah gunung.<br />
<br />
Setelah selesai melakukan hal tersebut, Allah ‘azza wa jalla memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk memanggil keempat burung tersebut. Kemudian tiba-tiba, beliau melihat suatu kejadian yang sangat menakjubkan, yaitu potongan-potongan burung tadi kembali bersatu dan menjadi empat ekor burung yang utuh dan sempurna seperti semula dan semuanya berkumpul kembali ke hadapan Nabi Ibrahim.<br />
<br />
Kisah ini Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 260:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<i>“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Wahai Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Ketahuilah bahwasanya Allah itu 'Aziz (Maha Perkasa) lagi Hakim (Maha Bijaksana)."</i><br />
<div>
<i><br /></i></div>
<br />
Demikianlah lima kisah yang menunjukkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 31px;">والحمد لله رب العالمين</span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-22243962367004958582013-02-17T15:03:00.002+07:002013-03-03T12:46:57.938+07:00Kisah Perjalanan Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Imam Ahmad di dalam Musnadnya (16085) meriwayatkan sebuah kisah teladan tentang kisah rihlahnya (perjalanan jauh) seorang sahabat Nabi Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> yang bernama Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu untuk mencari ilmu. Ilmu yang dicari itu adalah sebuah hadits agung yang dia dengarkan dari mulut ke mulut.<br />
<a name='more'></a><br />
Demi mendengarkan hadits ini secara lebih lengkap dan langsung dari sahabat yang langsung mendengarkannya dari Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> , maka Jabir pun bertekad untuk menemui sahabat tersebut yang bernama Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhu yang berada di tempat yang sangat jauh dari Madinah, yaitu negeri Syam. Kisah selengkapnya adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، أَنَّهُ سَمِعَ
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: بَلَغَنِي حَدِيثٌ عَنْ رَجُلٍ سَمِعَهُ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاشْتَرَيْتُ بَعِيرًا، ثُمَّ
شَدَدْتُ عَلَيْهِ رَحْلِي، فَسِرْتُ إِلَيْهِ شَهْرًا حَتَّى قَدِمْتُ عَلَيْهِ
الشَّامَ، فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ. فَقُلْتُ لِلْبَوَّابِ: قُلْ لَهُ: جَابِرٌ عَلَى الْبَابِ. فَقَالَ: ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. فَخَرَجَ
يَطَأُ ثَوْبَهُ، فَاعْتَنَقَنِي وَاعْتَنَقْتُهُ. فَقُلْتُ: حَدِيثًا بَلَغَنِي
عَنْكَ أَنَّكَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي الْقِصَاصِ، فَخَشِيتُ أَنْ تَمُوتَ أَوْ أَمُوتَ قَبْلَ أَنْ
أَسْمَعَهُ. قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ -أَوْ قَالَ: الْعِبَادُ- عُرَاةً
غُرْلًا بُهْمًا. قَالَ: قُلْنَا: وَمَا بُهْمًا؟ قَالَ: لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ، ثُمَّ
يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مِنْ قُرْبٍ: أَنَا الْمَلِكُ، أَنَا الدَّيَّانُ، وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ وَلَهُ
عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، وَلَا
يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَلِأَحَدٍ
مِنْ أَهْلِ النَّارِ عِنْدَهُ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ، حَتَّى اللَّطْمَةُ. قَالَ: قُلْنَا: كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا نَأْتِي اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً
غُرْلًا بُهْمًا؟ قَالَ: بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br />
Dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, dia berkata bahwasanya dia mendengar Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu bercerita: “Telah sampai kepadaku sebuah hadits dari seseorang yang langsung mendengarnya dari Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> . Lalu aku membeli sebuah unta, kemudian kupersiapkan bekalku, lalu aku berangkat pergi untuk menemuinya selama satu bulan perjalanan hingga sampailah aku ke negeri Syam. Ternyata orang tersebut adalah Abdullah bin Unais.</div>
</div>
<br />
Aku berkata kepada penjaga pintu rumahnya: “Sampaikan kepada tuanmu bahwa Jabir sedang menunggu di pintu.” Penjaga itu masuk dan menyampaikan pesan itu kepada Abdullah bin Unais. Abdullah bertanya: “Maksudnya ibnu Abdillah?” Penjaga itu kembali keluar dan bertanya kepada Jabir: “Anda ibnu Abdillah?” Aku menjawab: “Ya, benar!” Kemudian keluarlah Abdullah dengan tergesa-gesa. Lalu dia merangkulku dan akupun merangkulnya.<br />
<br />
Aku berkata kepadanya: “Hadits apakah yang kudengar engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah<b> صلى</b> <b>الله عليه وسلم</b> tentang masalah qishash (pembalasan) atas perbuatan kezhaliman yang belum pernah kudengar sebelumnya. Saya khawatir engkau lebih dahulu meninggal ataupun aku yang lebih dulu meninggal sebelum aku sempat mendengarnya.”<br />
<br />
Abdullah bin Unais berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> bersabda:<br />
“Manusia atau hamba itu akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan ‘urah (tidak berpakaian), ghurla (tidak berkhitan), dan buhma.” Kami bertanya: “Apa itu buhma?” Beliau menjawab: “Yaitu tidak memiliki apapun.”<br />
<br />
Kemudian Allah memanggil mereka dengan suara yang bisa didengar dari dekat: “Aku adalah Al Malik (Maha Raja)! Aku adalah Ad Dayyan (Yang Maha memperhitungkan dan membalas amalan hamba)! Tidaklah pantas bagi siapapun dari kalangan penghuni neraka untuk masuk ke dalam neraka sedangkan masih ada hak penghuni surga pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni surga itu darinya. Tidaklah pula pantas bagi siapapun dari kalangan penghuni surga untuk masuk ke dalam surga sedangkan masih ada hak penghuni neraka pada dirinya hingga Ku-selesaikan hak penghuni neraka itu darinya, meskipun hanya sebuah tamparan.”<br />
<br />
Kami bertanya: “Bagaimana caranya menunaikan hak mereka sedangkan kita menemui Allah ‘azza wa jalla dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan, dan tidak memiliki apapun?” Nabi menjawab: “Dibayar dengan kebaikan dan kejelekan yang kita miliki.”<br />
<br />
<b>Catatan: </b>Penerjemahan hadits di atas dilakukan dengan menggabungkan riwayat lain selain riwayat Ahmad dan dengan sedikit perubahan gaya bahasa (tanpa merubah makna) agar lebih mudah dipahami.<br />
<br />
<b>Beberapa faidah yang terkandung di dalam kisah ini adalah sebagai berikut:</b><br />
<br />
<b>1. </b>Perlunya bagi seseorang yang mendengar suatu berita penting dari sumber yang tidak jelas untuk melakukan pemastian akan kebenaran dari berita yang dia terima tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang buruk yang mungkin disebabkan oleh berita yang tidak jelas kebenarannya.<br />
<br />
<b>2. </b>Pentingnya bagi kita untuk mengambil hadits yang shahih dan hasan sanadnya, dan menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari hadits-hadits lemah dan palsu yang dinisbahkan kepada Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> karena hadits lemah dan palsu tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau landasan agama.<br />
<br />
<b>3.</b> Seorang muslim haruslah bersemangat untuk mencari ilmu agama yang bermanfaat baginya meskipun terkadang harus mengeluarkan harta, tenaga, dan waktu yang tidak sedikit. Ilmu agama sangatlah penting bagi seorang hamba karena dengannya dia bisa mengetahui perintah-perintah dan larangan-larangan dari Allah dan Rasul-Nya, bagaimana cara beribadah dengan benar, dan bagaimana pula caranya bermuamalah antara sesama makhluk dengan baik dan benar.<br />
<br />
<b>4.</b> Hadits ini menunjukkan akan keutamaan para sahabat Nabi pada umumnya, dan keutamaan Jabir bin Abdillah dan Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhuma pada khususnya, di dalam masalah menuntut ilmu agama.<br />
<br />
<b>5. </b>Hadits ini menerangkan bagaimana seharusnya tata cara dan adab-adab seorang muslim ketika bertamu ke rumah orang lain, yaitu janganlah kita masuk ke dalam rumahnya sebelum kita meminta izin dan kemudian diizinkan untuk masuk. Tujuan disyariatkannya meminta izin sebelum masuk ke rumah orang lain adalah untuk menjaga pandangan mata dari hal-hal yang tidak baik atau tidak pantas untuk dilihat.<br />
<br />
<b>6.</b> Manusia kelak akan dibangkitkan dari kematian, lalu dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan, dan tidak memiliki apapun untuk dilakukan pemeriksaan dan pemberian balasan atas segala perbuatan yang telah dilakukannya di dunia dulu. Jika amalannya baik, maka dibalas dengan kebaikan. Sebaliknya, jika amalannya jelek, maka akan dibalas dengan kejelekan pula.<br />
<br />
<b>7.</b> Di antara nama-nama Allah ‘azza wa jalla adalah Al Malik dan Ad Dayyan. Al Malik artinya adalah Yang Maha Menguasai (Maha Raja) dan Ad Dayyan artinya adalah Yang Maha memeriksa amalan para hamba dan memberikan balasan yang setimpal bagi mereka.<br />
<br />
<b>8.</b> Hadits di atas menunjukkan akan kemaha-adilan Allah subhanahu wa ta’ala, di mana Allah akan menyelesaikan segala perkara dan kezhaliman yang belum sempat ataupun tidak terselesaikan ketika di dunia antara sesama makhluk, meskipun itu dianggap sebagai perkara yang kecil dan sepele. Semuanya akan diselesaikan oleh Allah ta’ala di hari kiamat kelak.<br />
<br />
<b>9.</b> Haramnya berbuat kezhaliman terhadap siapapun, termasuk kepada orang kafir, dan dalam bentuk apapun.<br />
<br />
<b>10.</b> Kezhaliman dan ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain, akan dibayar pada hari kiamat dengan pahala yang dia miliki dengan diserahkan kepada orang yang terzhalimi. Apabila tidak ada lagi pahalanya, dan kezhaliman itu belum lagi terbayar, maka dosa dari orang yang terzhalimi akan dipindahkan kepada orang yang menzhalimi hingga kezhaliman itu terbayar.<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-5680111172692307112013-01-04T22:54:00.000+07:002013-03-03T11:37:49.452+07:00Kisah Si Penderita Kusta, Si Botak, dan Si Buta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya (3464) dan Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya (2964) meriwayatkan sebuah kisah dari jalur Hammam, dari Ishaq bin Abdillah, dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya dia mendengar Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> bercerita (yang artinya):<br />
<br />
Ada tiga orang dari Bani Israil: seorang penderita kusta, seorang yang botak karena rontok rambutnya, dan seorang buta. Allah ‘azza wa jalla ingin menguji mereka, maka Allah mengutus kepada mereka seorang malaikat.<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu malaikat tersebut mendatangi si penderita kusta. Malaikat bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Warna kulit yang bagus dan kulit yang bagus. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya, warna kulitnya menjadi bagus, dan kulitnya menjadi bagus. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Unta.” Lalu dia diberikan seekor unta betina yang tengah hamil. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada unta tersebut.”<br />
<br />
Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Rambut yang bagus dan hilangnya kebotakan ini. Orang-orang telah merasa jijik terhadapku.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut sehingga sembuhlah penyakitnya dan diberikan rambut yang bagus. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Sapi.” Lalu malaikat itu memberikan seekor sapi betina yang tengah hamil kepadanya. Malaikat berkata: “Semoga engkau mendapatkan berkah pada sapi tersebut.”<br />
<br />
Kemudian malaikat pergi mendatangi orang yang botak dan bertanya: “Apakah hal yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Allah mengembalikan kepadaku penglihatanku sehingga aku bisa melihat manusia.” Malaikat itu lalu mengusap orang tersebut dan Allah mengembalikan kepadanya penglihatannya. Malaikat bertanya lagi: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Orang itu menjawab: “Kambing.” Lalu malaikat itu memberikan seekor kambing betina yang tengah hamil kepadanya.<br />
<br />
Setelah itu, beranaklah unta,sapi, dan kambing tersebut sehingga si penderita kusta memiliki unta yang sangat banyak, si kepala botak memiliki sapi yang sangat banyak, dan si buta memiliki kambing yang sangat banyak pula.<br />
<br />
Beberapa waktu kemudian, datanglah malaikat itu kembali kepada si penderita kusta (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolongan anda. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah memberikan kepadamu warna kulit yang bagus, kulit yang bagus, dan harta- seekor unta agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku.”<br />
<br />
Si penderita kusta itu menjawab: “Sesungguhnya orang yang menjadi tanggunganku banyak.” Malaikat itu berkata: “Sepertinya aku mengenalmu. Bukankah engkau dahulu menderita penyakit kusta sehingga orang-orang menjauhimu dan engkau dahulu miskin, lalu Allah memberikan kesembuhan dan harta kepadamu?” Orang itu menjawab: “Harta ini semuanya aku warisi dari orang tuaku dari kakekku.” Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”<br />
<br />
Kemudian malaikat itu mendatangi si botak (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata kepadanya seperti apa yang dia katakan kepada si penderita kusta, dan si botak menolak dengan perkataan yang sama seperti apa yang dikatakan oleh si penderita kusta. Malaikat berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu yang dahulu.”<br />
<br />
Setelah itu, malaikat itu mendatangi si buta (yang telah sembuh) dalam wujud dan penampilan yang sama seperti dahulu. Dia berkata: “Aku ini adalah orang miskin dan perbekalanku telah habis dalam perjalanan. Tidak ada yang dapat membantuku untuk melanjutkan perjalananku pada hari ini kecuali dengan pertolongan Allah setelah itu dengan pertolongan anda. Aku meminta kepadamu -demi Yang telah mengembalikan kepadamu penglihatanmu- seekor kambing agar aku dapat melanjutkan kembali perjalananku.”<br />
<br />
Lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku. Maka silakan ambil apa yang engkau inginkan. Demi Allah, hari ini aku tidak akan membebani dirimu dengan apapun yang engkau ambil karena Allah.” Malaikat tadi menjawab: “Simpanlah hartamu ini. Sebenarnya kalian itu sedang diuji oleh Allah. Allah telah ridha terhadapmu dan marah terhadap dua temanmu yang lain.”<br />
<br />
--------------------------------<br />
<br />
Demikianlah kisah ini berakhir. Pesan utama yang terkandung dari kisah ini adalah wajibnya kita mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan cara:<br />
<br />
<b>a.</b> menyandarkan datangnya nikmat itu dari Allah subhanahu wa ta’ala semata, dan meyakininya dengan sepenuh hati.<br />
<br />
<b>b.</b> memuji Allah dengan lisan kita atas nikmat yang telah Dia diberikan kepada kita.<br />
<br />
<b>c.</b> menggunakan kenikmatan tersebut pada ketaatan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah ta’ala.<br />
<br />
<b>d.</b> membagikan sebagian dari kenikmatan itu kepada orang-orang selain kita dengan jalan zakat, infak, dan sedekah.<br />
<br />
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu pandai mensyukuri segala nikmat-Nya dan memaafkan segala kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri kita. Amin Ya Rabbal ‘alamin.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-58223228271366692262012-12-19T23:22:00.000+07:002013-03-03T11:31:42.390+07:00Beberapa Keajaiban Hewan dan Benda Mati<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Kita selaku umat Islam yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meyakini dengan sepenuh hati akan kekuasaan Allah yang mampu untuk menciptakan segala sesuatu yang Dia kehendaki. Baik sesuatu itu merupakan yang mudah diterima oleh akal, maupun yang sulit diterima oleh akal kita. Bagaimanapun itu, kita wajib untuk tetap berserah diri dan beriman terhadap kekuasaan yang Allah miliki.<br />
<br />
Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ‘azza wa jalla adalah adanya keajaiban berupa mampunya beberapa binatang untuk berbicara kepada manusia dan mampunya beberapa benda-benda mati untuk bergerak sendiri. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menangis. Semuanya adalah bukti kekuasaan Allah.<br />
<a name='more'></a><br />
Pada tulisan kali ini, kami akan menyampaikan kepada para pembaca sekalian beberapa kisah menakjubkan dari hewan atau benda mati yang kami ambil dari Al Qur`an dan hadits-hadits shahih.<br />
<br />
<b>1. Kisah batang kurma menangis.</b><br />
<br />
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Dahulu mesjid (Nabi) atapnya ditopang oleh batang-batang pohon kurma. Biasanya Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> jika berkhutbah berdiri di salah satu batang pohon tersebut. Ketika telah dibuatkan sebuah mimbar dan beliau sedang berkhutbah di atas mimbar tersebut, kami mendengar dari batang pohon tersebut suara tangisan seperti suara unta hamil. Datanglah Nabi<b> صلى الله عليه عليه وسلم</b> ke batang itu dan meletakkan tangan beliau kepadanya sehingga ia menjadi tenang kembali.” [HR Al Bukhari (3585)]<br />
<br />
<b>2. Kisah sapi dan serigala berbicara kepada manusia.</b><br />
<br />
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> melaksanakan shalat Subuh. Setelah itu beliau berbalik menghadap para sahabat dan berkata: “Ketika seorang lelaki membawa seekor sapi, dia menungganginya dan memukulnya. Lalu berkatalah sapi tersebut: “Sesungguhnya kami tidak diciptakan untuk ini. Kami diciptakan hanyalah untuk membajak ladang.” Lalu para sahabat berkata: “Subhanallah, sapi bisa berbicara!” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saya beriman terhadap kisah ini, begitu pula Abu Bakr dan Umar, padahal mereka berdua tidak ada di sana.”<br />
<br />
Nabi melanjutkan kisahnya: “Ketika seorang lelaki sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba seekor serigala menyerang dan membawa lari seekor kambing. Lalu lelaki itu pergi mencari sampai dia berhasil menyelamatkan kambingnya dari serigala tersebut. Lalu berkatalah serigala itu: “Engkau telah menyelamatkan kambing itu dariku. Binatang buas manakah yang dapat mengusirmu dari kambing itu pada suatu hari, yang mana pada hari itu tidak ada yang bersama kambing itu kecuali aku saja?” Lalu para sahabat berkata: “Subhanallah, serigala bisa berbicara!” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saya beriman terhadap kisah ini, begitu pula Abu Bakr dan Umar, padahal mereka berdua tidak ada di sana.” [HR Al Bukhari (3471) dan Muslim (2388)]<br />
<br />
<b>3. Kisah Al Jassasah, seekor binatang yang dapat berbicara kepada manusia.</b><br />
<br />
Dari Fathimah bintu Qais radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Ketika telah habis masa iddah-ku, aku mendengar seruan dari salah satu penyeru Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> yang menyeru: “Ash shalata jami’ah!” (Tunaikanlah shalat berjamaah di mesjid!) Keluarlah aku ke mesjid dan shalat bersama Rasulullah<b> صلى الله</b> <b>عليه وسلم</b> . Ketika itu aku berada di barisan shaf wanita yang berhadapan langsung dengan punggung laki-laki (shaf pertama wanita). Setelah Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> menyelesaikan shalatnya, beliau duduk di atas mimbar sambil tertawa dan berkata: “Hendaklah setiap orang duduk di tempat shalatnya masing-masing!”<br />
<br />
Kemudian beliau berkata: “Tahukah kalian untuk apa saya kumpulkan?” Para sahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau berkata: “Sesungguhnya saya, demi Allah, bukan mengumpulkan kalian untuk menyampaikan perintah ataupun peringatan. Akan tetapi saya mengumpulkan kalian karena Tamim Ad Dari. Dia dahulu adalah seorang Nasrani. Lalu dia datang untuk berbai’at dan masuk Islam. Dia juga menceritakan kepadaku kisah yang sesuai dengan kisah yang pernah saya ceritakan kepada kalian tentang Masih Ad Dajjal.”<br />
<br />
“Dia bercerita kepada saya bahwasanya dia berlayar dengan kapal laut bersama tiga puluh orang dari Lakhm dan Judzam. Mereka dipermainkan oleh ombak selama sebulan di laut. Kemudian mereka mendekat ke sebuah pulau di tengah lautan ketika matahari terbenam. Mereka menaiki sebuah perahu lalu masuk ke pulau tersebut.”<br />
<br />
“Lalu mendekatlah kepada mereka seekor binatang berbulu tebal dan lebat. Mereka tidak mengetahui mana bagian depan binatang itu dan mana bagian belakangnya karena banyaknya bulu. Mereka berkata: “Celakalah engkau! Makhluk apakah engkau? Binatang itu menjawab: “Aku adalah Al Jassasah.” Mereka bertanya: “Apa itu Al Jassasah?” Dia berkata: “Wahai kaum, pergilah kalian kepada lelaki itu yang berada di dalam biara. Sesungguhnya dia sangat ingin mendengar kabar dari kalian.” [HR Muslim (2942)]<br />
<br />
Yang dimaksud dengan lelaki yang berada di dalam biara itu adalah Al Masih Ad Dajjal.<br />
<br />
<b>4. Binatang yang akan berbicara kepada manusia sebelum datangnya hari kiamat.</b><br />
<br />
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً
مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ</span><span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Apabila ketentuan (azab) telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan binatang dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.”</i> [QS An Naml: 82]<br />
<br />
Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsirnya (6/210): “Binatang ini akan keluar pada akhir zaman ketika manusia berada di dalam kerusakan, meninggalkan perintah-perintah Allah, dan merubah agama yang benar. Allah akan mengeluarkan kepada mereka binatang dari bumi.”<br />
<br />
Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata di dalam tafsirnya (hal. 714): “Tujuan Allah mengeluarkan binatang -yang merupakan tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan- ini adalah untuk menerangkan kepada manusia tentang hal-hal yang mereka sangsikan. Binatang terkenal ini yang keluar pada akhir zaman dan merupakan salah satu tanda kiamat -sebagaimana banyak disebutkan di dalam hadits-hadits- tidak dijelaskan bentuknya oleh Allah dan rasul-Nya. Yang disebutkan hanyalah kisahnya dan tujuannya saja dan bahwasanya ia merupakan tanda kekuasaan Allah. Ia akan berbicara kepada manusia dengan pembicaraan yang di luar kebiasaan ketika ketetapan azab telah jatuh kepada manusia dan ketika mereka telah meragukan ayat-ayat Allah. Ia akan menjadi pendukung dan bukti bagi orang-orang yang beriman, dan akan menjadi bantahan terhadap para penentang.”<br />
<br />
<b>5. Kisah batu yang membawa lari pakaian Nabi Musa صلى الله عليه وسلم .</b><br />
<br />
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> bersabda: “Masyarakat Bani Israil biasa mandi bersama dalam keadaan telanjang. Mereka saling melihat kepada yang lainnya. Sedangkan Musa <b>صلى</b> <b>الله عليه وسلم</b> mandi sendirian. Berkatalah masyarakat Bani Israil: “Demi Allah, Musa itu tidak mau mandi bersama kita pasti karena buah pelirnya besar.”<br />
<br />
“Pada suatu ketika, Musa pergi mandi. Dia meletakkan pakaiannya di atas sebuah batu. Lalu batu tersebut bergerak pergi sambil membawa pakaiannya. Musa pun mengejar batu tersebut di belakangnya sambil berkata: “Wahai batu, kembalikan bajuku!” Kaum Bani Israil melihat kepada Musa dan berkata: “Demi Allah, ternyata Musa tidak memiliki kelainan apapun.” Lalu Musa mengambil bajunya dan langsung memukul batu tersebut.”<br />
<br />
Abu Hurairah berkata: “Demi Allah, pada batu tersebut terdapat enam atau tujuh tanda bekas pukulan.” [HR Al Bukhari (278) dan Muslim (399)]<br />
<br />
<b>6. Terdengarnya suara makanan bertasbih.</b><br />
<br />
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah<b> صلى الله عليه وسلم</b> di sebuah perjalanan jauh. Persediaan air pun menipis. Beliau berkata: “Carilah air yang masih tersisa.” Lalu dibawalah sebuah wadah yang berisi sedikit air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam wadah itu dan berkata: “Mari bersuci dengan air yang mengandung keberkahan. Keberkahan itu datangnya dari Allah.” Saya benar-benar melihat air mengalir dari sela-sela jari tangan Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> . Kami juga mendengar makanan bertasbih ketika ia sedang dimakan.” [HR Al Bukhari (3579]<br />
<br />
Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al Qur`an yang berbunyi:<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ
تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<i>“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Halim (Maha Penyantun) lagi Ghafur (Maha Pengampun).”</i> [QS Al Isra`: 44]<br />
<br />
<b>7. Unta menangis dan mengadu kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم .</b><br />
<br />
Dari Abdullah bin Ja’far radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> masuk ke kebun seorang lelaki dari suku Anshar. Ternyata di sana ada seekor unta. Ketika ia melihat Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> ia menangis dan air matanya menetes. Lalu Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> mendatanginya dan mengusap bagian belakang telinganya sehingga ia menjadi diam.<br />
<br />
Nabi <b>صلى الله عليه وسلم</b> berkata: “Siapa pemilik unta ini? Milik siapa unta ini?” Datanglah seorang pemuda dari suku Anshar dan berkata: “Milikku wahai Rasulullah.” Nabi<b> صلى الله عليه وسلم</b> berkata: “Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah terhadap binatang yang telah Allah berikan kepadamu ini? Sesungguhnya ia mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya lapar dan letih.” [HR Abu Daud (2549). Hadits shahih.]<br />
<br />
Demikianlah beberapa kisah ajaib dari perilaku sebagian hewan dan benda mati yang disebutkan di dalam Al Qur`an dan hadits-hadits nabawi yang shahih. Semuanya merupakan tanda kekuasaan Allah ta'ala yang wajib kita imani secara utuh.<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-11178713620766948542012-11-12T23:04:00.004+07:002013-08-13T16:47:24.303+07:00Kisah Pembunuhan Ka'b ibnul Asyraf<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Ka’b ibnul Asyraf adalah salah satu tokoh Yahudi Madinah pada masa Nabi Muhammad <b>صلى الله عليه وسلم</b> . Dia adalah seorang ahli syair yang sangat sering menghina kaum muslimin dengan syair-syairnya dan membicarakan kaum wanita muslimat. Melihat kerasnya permusuhan dan gangguan yang dilakukan oleh Ka’b maka Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> memerintahkan para sahabat untuk membunuhnya.<br />
<br />
Pada suatu hari di bulan Rabiul Awal tahun 3 H, Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> berkata kepada para sahabatnya: “Siapakah yang bersedia untuk membunuh Ka’b ibnul Asyraf? Sesungguhnya dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya!”<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu bangunlah seorang sahabat yang bernama Muhammad bin Maslamah dan bertanya: “Apakah anda mau saya yang membunuhnya?” Nabi menjawab: “Ya.” Muhammad berkata: “Kalau begitu, izinkanlah saya untuk membuat suatu tipu muslihat.” Nabi menjawab: “Lakukanlah!”<br />
<br />
Maka pergilah Muhammad bin Maslamah bersama teman-temannya bertemu dengan Ka’b ibnul Asyraf. Sambil berpura-pura mengeluh, dia berkata kepada Ka’b: “Wahai Ka’b, sesungguhnya lelaki ini -yaitu Nabi Muhammad- telah meminta kami untuk membayar zakat, dan dia telah membebani kami dengan hal ini. Maksud aku datang ke sini adalah untuk meminta pinjaman darimu.”<br />
<br />
Ka’b ibnul Asyraf berkomentar: “Demi Allah, lama-kelamaan pastilah engkau akan semakin membencinya!”<br />
<br />
Muhammad bin Maslamah berkata: “Sesungguhnya kami telah mencoba untuk mengikuti agamanya dan kami belum berkehendak untuk meninggalkannya sampai kami melihat bagaimana perkembangannya nanti. Sekarang, kami memohon agar engkau bersedia meminjamkan kepada kami satu atau dua wasq saja.”<br />
<br />
“Baiklah, aku akan meminjamkannya kepada kalian. Akan tetapi, kalian harus memberikan jaminan kepadaku.” jawab Ka’b memberi syarat. “Jaminan apa yang engkau inginkan?” tanya Muhammad.<br />
<br />
“Jaminkan wanita-wanita yang kalian miliki!” Kata Ka’b. Muhammad berkata: “Bagaimana mungkin kami menjaminkan wanita-wanita kami sedangkan engkau adalah orang Arab yang paling gagah?”<br />
<br />
“Kalau begitu, serahkan kepadaku anak laki-laki kalian!” ujar Ka’b. Muhammad menolak: “Tidaklah mungkin kami menjadikan anak laki-laki kami sebagai jaminan karena kami nanti akan dicela oleh kaum kami. Mereka akan mencemooh: ‘hanya demi satu atau dua wasq kalian tega menjadikan anak laki-laki kalian sebagai jaminan.’ Ini sungguh memalukan bagi kami.”<br />
<br />
“Begini saja. Kami akan memberikan senjata-senjata kami sebagai jaminannya.” tawar Muhammad kepada Ka’b. Akhirnya Ka’b setuju dengan tawaran tersebut dan mereka bersepakat menentukan waktu pertemuan, yaitu pada malam hari.<br />
<br />
Pada malam yang telah ditentukan, datanglah Muhammad bin Maslamah bersama dengan Abu Nailah (saudara sesusuan Ka’b), Al Harits bin Aus, Abu ‘Abs bin Jabr, dan ‘Abbad bin Bisyr ke benteng Ka’b ibnul Asyraf.<br />
<br />
Ketika Ka’b hendak keluar menjumpai mereka, istrinya berkata: “Hendak kemana engkau pada jam segini?” Ka’b menjawab: “Jangan khawatir, aku hendak menemui Muhammad bin Maslamah dan saudaraku Abu Nailah.”<br />
<br />
Istrinya merasa gelisah dan khawatir: “Sepertinya aku mendengar suara darah menetes.”<br />
<br />
Ka’b mencoba menenangkan istrinya: “Jangan takut, mereka adalah saudaraku Muhammad bin Maslamah dan saudara sesusuanku Abu Nailah. Sesungguhnya seorang yang mulia jika diajak bertemu pada malam hari maka dia akan bersedia.”<br />
<br />
Sementara itu di luar istana, Muhammad bin Maslamah berkata kepada teman-temannya: “Apabila Ka’b datang menjumpai kita, aku akan memegang kepalanya lalu menciumnya. Apabila kalian melihat aku telah menguasai kepalanya maka mendekatlah kalian lalu bunuhlah dia!”<br />
<br />
Tak lama kemudian muncullah Ka’b ibnul Asyraf. Aroma harum tercium dari tubuhnya.<br />
<br />
Muhammad berkata: “Aku tidak pernah mencium aroma yang lebih harum daripada aroma ini.” Dia berpura-pura memuji Ka’b. Dengan angkuh Ka’b menjawab: “Aku memiliki wanita Arab yang paling harum.” Muhammad berkata: “Apakah engkau mengizinkanku untuk mencium rambutmu?” Ka’b menjawab: “Ya, silakan.”<br />
<br />
Lalu Muhammad mencium kepala Ka’b. Ketika dia sudah memegang kepalanya, berkatalah Muhammad kepada teman-temannya: “Mendekatlah kalian!” Lalu mereka membunuh Ka’b ibnul Asyraf. Setelah itu mereka melaporkan kejadian itu pada Rasulullah <b>صلى الله عليه وسلم</b> .<br />
<br />
---------------------------------<br />
<br />
Demikianlah akhir perjalanan hidup Ka’b ibnul Asyraf Al Yahudi, seseorang yang telah menegakkan permusuhan terhadap Allah, rasul-Nya, agama-Nya, dan kaum muslimin.<br />
<br />
Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (4037) dan Muslim (1801) dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu. Kisah di atas telah mengalami perubahan seperlunya oleh penulis dengan tujuan agar lebih mudah dipahami tanpa merubah jalan cerita yang terkandung di dalam lafazh hadits yang asli.<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "Traditional Arabic","serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">والحمد لله رب العالمين<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4584506851144849333.post-76602336656127122862012-02-17T11:22:00.000+07:002013-02-25T22:16:36.117+07:00Uwais bin Amir Al Qarani<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">بسم الله الرحمن الرحيم</span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Kisah ini kami terjemahkan secara makna untuk menyesuaikan dengan pemahaman pembaca. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim di kitab Shahihnya (2542) dengan menyebutkan sanadnya sampai kepada Usair bin Jabir.<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4584506851144849333" name="more"></a><br />
Usair berkata: Dahulu Umar ibnul Khaththab jika datang kepadanya rombongan dari negeri Yaman beliau akan bertanya kepada mereka: “Apakah di dalam rombongan kalian ada seseorang yang bernama Uwais bin Amir?”<br />
<a name='more'></a><br />
Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan Uwais. Beliau bertanya: “Apakah anda Uwais bin Amir?”<br />
Uwais menjawab: “Ya.”<br />
Umar bertanya: “Anda berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran?”<br />
Uwais menjawab: “Ya.”<br />
Umar bertanya: “Dahulu anda pernah menderita kusta, lalu anda sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulit anda sebesar koin dirham saja yang belum sembuh?”<br />
Uwais menjawab: “Ya.”<br />
Umar bertanya: “Anda masih memiliki seorang ibu, kan?”<br />
Uwais menjawab: “Ya.”<br />
Umar berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari negeri Yaman. Dia berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran. Dahulu dia pernah menderita kusta, lalu dia sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulitnya sebesar koin dirham saja yang belum sembuh. Dia memiliki seorang ibu, yang mana dia itu sangat berbakti kepada ibunya. Kalau dia itu berdoa kepada Allah pasti akan dikabulkan. Apabila engkau mampu membujuknya agar dia mau memintakan ampun untukmu kepada Allah maka lakukanlah.”<br />
Umar berkata kepada Uwais: “Mintakanlah ampun untuk saya kepada Allah.” Lalu Uwais pun memintakan ampunan kepada Allah untuk Umar.<br />
Umar bertanya: “Anda hendak menuju ke mana?”<br />
Uwais berkata: “Saya hendak menuju ke negeri Kufah.”<br />
Umar berkata: “Maukah anda saya tuliskan surat pengantar kepada penguasa Kufah agar melayani dan memuliakan anda?”<br />
Uwais berkata: “Saya lebih senang berada bersama kalangan orang-orang yang lemah dan sederhana.”<br />
<br />
Usair berkata: Pada tahun depannya, salah seorang tokoh pimpinan negeri Kufah melaksanakan haji dan bertemu dengan Umar. Umar bertanya kepadanya tentang kabar Uwais.<br />
Tokoh tersebut berkata: “Saya pergi haji dan Uwais berada dalam keadaan miskin dan sedikit hartanya.”<br />
Umar berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan dari negeri Yaman. Dia berasal dari daerah Murad, kemudian dari daerah Qaran. Dahulu dia pernah menderita kusta, lalu dia sembuh dari penyakit itu, kecuali sebagian kecil dari kulitnya sebesar koin dirham saja yang belum sembuh. Dia memiliki seorang ibu, yang mana dia itu sangat berbakti kepada ibunya. Kalau dia itu berdoa kepada Allah pasti akan dikabulkan. Apabila engkau mampu membujuknya agar dia mau memintakan ampun untukmu kepada Allah maka lakukanlah.”<br />
Lalu tokoh tersebut sepulang dari hajinya pergi mendatangi Uwais dan berkata: “Mintakanlah ampunan kepada Allah untuk saya.”<br />
Uwais berkata: “Anda baru saja pulang dari perjalanan yang baik (haji), maka justru andalah yang sepatutnya memintakan ampunan untuk saya.”<br />
Tokoh tersebut berkata: “Tidak, mintakanlah ampunan untuk saya.”<br />
Uwais berkata: “Anda baru saja pulang dari perjalanan yang baik (haji), maka justru andalah yang sepatutnya memintakan ampunan untuk saya.”<br />
Uwais bertanya: “Apakah anda bertemu dengan Umar?”<br />
Tokoh tersebut menjawab: “Ya.” Akhirnya Uwais pun berdoa kepada Allah memintakan ampunan untuk tokoh itu.<br />
Akhirnya, tersebarlah berita tentang keshalihan Uwais dan kemustajaban doanya itu ke khalayak ramai. Lalu pergilah Uwais meninggalkan mereka.<br />
<br />
------------------------------------<br />
<br />
Uwais bin Amir ini juga dikenal dengan nama Uwais Al Qarani karena beliau berasal dari daerah Qaran, Yaman. Dikatakan oleh para ulama hadits, Uwais ini adalah tokohnya para tabi’in dari segi ibadah dan keshalihan. Sedangkan dari segi ilmu dan riwayat hadits, maka tokoh tabi’in dalam hal ini adalah Sa’id ibnul Musayyab.<br />
<br />
Ada banyak keteladanan beliau yang patut kita contoh dari dalam kisah ini. Silakan teman-teman mengumpulkan sendiri mutiara-mutiara tersebut dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi diri kita masing-masing.<br />
<br />
Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita semua dengan menjadikan beliau sebagai teladan di dalam kehidupan kita, tentunya dengan tetap menjadikan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tokoh teladan yang paling utama.<br />
<br />
<span style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 20pt; line-height: 115%;">وبالله التوفيق</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com