Pages

Apakah Kebodohan di dalam Agama Dimaafkan?

بسم الله الرحمن الرحيم

Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa seseorang tidak diberi uzur (maaf) atas kejahilannya terhadap perkara agama. Artinya, jika dia melakukan kesyirikan, kebid’ahan, atau kemaksiatan karena kebodohannya maka dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan dosa yang telah dia lakukan dan tidak diberikan uzur atas kejahilannya. Pendapat ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena masalah pemberian uzur atas kesalahan yang dilakukan oleh seseorang karena kejahilannya ada perinciannya.

Di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/173), Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa kejahilan dalam perkara agama ada dua jenis:

1. Kejahilan yang pelakunya tidak diberi uzur (maaf).

Apabila kejahilan yang ada pada diri seseorang disebabkan karena sikap menyepelekan dan meremehkan ilmu agama, malas dan enggan untuk mencari ilmu, dan tidak mau bertanya tentang masalah agama padahal kesempatan untuk belajar dan bertanya kepada orang yang lebih berilmu telah dimudahkan oleh Allah, maka orang yang sebab kebodohannya seperti ini tidak diberikan uzur oleh Allah ‘azza wa jalla.

Hal ini berlaku baik terhadap orang muslim ataupun orang kafir.

2. Kejahilan yang pelakunya diberikan uzur.

Apabila kejahilan yang ada pada diri seseorang bukan disebabkan karena sikap meremehkan ataupun malas, akan tetapi memang keadaan dan lingkungannya memang tidak memudahkan atau memungkinkan dia untuk belajar dan bertanya, seperti tidak adanya sekolah agama atau orang yang berilmu, ataupun sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya untuk belajar dan bertanya sedangkan dia tidak tahu bahwa hal itu diharamkan, maka orang yang sebab kebodohannya seperti ini insya Allah diberikan uzur oleh Allah ta’ala.

Jika hal ini terjadi pada seorang muslim, maka kejahilan ini tidak memberikan dampak apapun terhadapnya. Sedangkan jika hal ini terjadi pada seorang kafir, maka di akhirat kelak, dia akan diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan suatu ujian. Jika dia mematuhi perintah Allah, maka dia akan masuk ke surga; dan jika dia menolak perintah Allah, maka dia akan masuk neraka.

Demikian makna kalam Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah secara ringkas. Wallahu a’lam.

والحمد لله رب العالمين