بسم الله الرحمن الرحيم
Sebagian ulama memakruhkan kita untuk menyebut kata “Ramadhan” tanpa menyebut kata “bulan”. Mereka mengatakan kita harus menyebut “bulan Ramadhan” dan tidak boleh menyebut “Ramadhan”. Alasan mereka adalah karena Ramadhan itu adalah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala. Dalil yang menjadi landasan perkataan mereka ini adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya dia berkata:
لا تقولوا رمضان فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى، ولكن قولوا شهر رمضان
“Jangan kalian katakan “Ramadhan” karena sesungguhnya Ramadhan adalah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala. Akan tetapi katakanlah: “bulan Ramadhan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya (1/502). Ibnu Abi Hatim berkata: “Perkataan ini juga telah diriwayatkan dari Mujahid, Muhammad bin Ka’ab, dan yang lainnya.”
Namun ternyata hadits ini adalah hadits yang sangat lemah karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Abu Ma’syar, yaitu Najih bin Abdirrahman Al Madani. Dia adalah seorang yang lemah haditsnya. Selain itu haditsnya adalah mauquf (tidak sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم).
Memang ada jalur periwayatan yang marfu’ (sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم). Jalur ini datang diriwayatkan oleh anaknya Abu Najih yang bernama Muhammad dari bapaknya. Namun Muhammad ini adalah seorang yang matruk (tidak diterima periwayatannya).
Hadits ini juga dihukumi palsu oleh Ibnul Jauzi di kitab Al Maudhu’at (2/187), As Suyuthi di kitab Al La`ali` (22/97) dan Asy Syaukani di kitab Al Fawaidul Majmu’ah (hal. 87).
Kesimpulannya adalah Ramadhan bukanlah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala, sehingga tidak ada halangan bagi kita untuk mengucapkan -misalnya- “telah datang Ramadhan” atau “telah datang bulan Ramadhan”.
وبالله التوفيق
لا تقولوا رمضان فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى، ولكن قولوا شهر رمضان
“Jangan kalian katakan “Ramadhan” karena sesungguhnya Ramadhan adalah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala. Akan tetapi katakanlah: “bulan Ramadhan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya (1/502). Ibnu Abi Hatim berkata: “Perkataan ini juga telah diriwayatkan dari Mujahid, Muhammad bin Ka’ab, dan yang lainnya.”
Namun ternyata hadits ini adalah hadits yang sangat lemah karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Abu Ma’syar, yaitu Najih bin Abdirrahman Al Madani. Dia adalah seorang yang lemah haditsnya. Selain itu haditsnya adalah mauquf (tidak sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم).
Memang ada jalur periwayatan yang marfu’ (sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم). Jalur ini datang diriwayatkan oleh anaknya Abu Najih yang bernama Muhammad dari bapaknya. Namun Muhammad ini adalah seorang yang matruk (tidak diterima periwayatannya).
Hadits ini juga dihukumi palsu oleh Ibnul Jauzi di kitab Al Maudhu’at (2/187), As Suyuthi di kitab Al La`ali` (22/97) dan Asy Syaukani di kitab Al Fawaidul Majmu’ah (hal. 87).
Kesimpulannya adalah Ramadhan bukanlah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala, sehingga tidak ada halangan bagi kita untuk mengucapkan -misalnya- “telah datang Ramadhan” atau “telah datang bulan Ramadhan”.
وبالله التوفيق