بسم الله الرحمن الرحيم
Keyakinan seseorang terhadap segala sesuatu berbeda-beda tingkatannya. Ada yang dinamakan ‘ilmul yaqin (عِلْمُ الْيَقِينِ), ada pula ‘ainul yaqin (عَيْنُ الْيَقِينِ), dan ada pula haqqul yakin (حَقُّ الْيَقِينِ). Dari ketiga jenis yakin ini, manakah derajat yang paling tinggi? Untuk mengetahui jawabannya, mari kita melihat penjelasan yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah yang kami sadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Majmu’ul Fatawa (10/645) tanpa merubah makna pokoknya.
Syaikhul Islam Abul ‘Abbas Ahmad bin Taimiyah rahimahullah ditanya tentang firman Allah ta’ala: (حَقُّ الْيَقِينِ) [QS Al Waqi’ah: 95], (عَيْنَ الْيَقِينِ) [QS At Takatsur: 7], dan (عِلْمَ الْيَقِينِ) [QS At Takatsur: 5]. Apa sajakah makna dari setiap jenis keyakinan ini dan jenis manakah yang paling tinggi derajatnya?
Beliau menjawab: Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Orang-orang memiliki perkataan-perkataan yang telah diketahui dalam nama-nama ini. Di antaranya ada yang mengatakan:
a. ‘Ilmul yaqin (عِلْمُ الْيَقِينِ) : keyakinan terhadap sesuatu yang dia peroleh dari mendengar, berita, analogi (qiyas), dan pemikiran.
b. ‘Ainul yaqin (عَيْنُ الْيَقِينِ) : keyakinan terhadap sesuatu yang disaksikan dan dilihat dengan penglihatannya secara langsung.
c. Haqqul yakin (حَقُّ الْيَقِينِ) : keyakinan terhadap sesuatu yang diperoleh setelah dia mengalami dan merasakannya sendiri secara langsung.
Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh yang menerangkan ketiga jenis keyakinan di atas. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Contoh Pertama: Keyakinan tentang adanya madu.
a. ‘Ilmul Yaqin: Ada yang mengatakan kepada seseorang bahwa di suatu tempat ada madu dan dia mempercayai perkataan orang itu. Ataupun dia melihat adanya bekas madu dan dengan itu dia meyakini keberadaan madu tersebut.
b. ‘Ainul Yaqin: Seperti orang yang melihat madu itu dan menyaksikannya secara langsung. Maka ini tingkatannya lebih tinggi sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
لَيْسَ الْمُخْبِرُ كَالْمُعَايِنِ
“Tidaklah sama antara orang yang mengabarkan (tapi tidak melihat langsung) dengan orang yang melihat secara langsung.” [Hadits ini shahih dengan lafazh (لَيْسَ الخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ)]
c. Haqqul Yaqin: Seperti orang yang mencicipi madu, lalu mendapatkan rasa dan kelezatannya. Tentu saja ini tingkatannya lebih tinggi dari yang sebelumnya.
Contoh kedua: Manusia dalam hal merasakan kenikmatan iman terbagi kepada tiga tingakatan:
a. ‘Ilmul Yaqin: Seperti orang yang mengetahui tentang kenikmatan iman dari gurunya yang dia percayai, atau mendengar dari orang lain tentang kisah orang-orang arif mengenai diri mereka sendiri, ataupun melihat pengaruh iman dalam kehidupan mereka.
b. ‘Ainul Yaqin: Seperti melihat secara langsung keadaan orang-orang yang memiliki ilmu, kejujuran, dan keyakinan terhadap iman.
c. Haqqul Yaqin: Dia mendapatkan dan merasakan sendiri pada dirinya kenikmatan iman yang dahulu hanya dia dengar dari cerita orang lain.
Contoh ketiga: Keyakinan manusia terhadap perkara akhirat ada tiga tingkatan:
a. ‘Ilmul Yaqin: Meyakini berdasarkan berita yang disampaikan oleh para rasul dan keterangan dari dalil-dalil yang menunjukkan adanya hal itu.
b. ‘Ainul Yaqin: Ketika mereka melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka, berupa pahala, hukuman, surga, dan neraka.
c. Haqqul Yaqin: Ketika mereka merasakan langsung hal tersebut. Ketika penghuni surga memasuki surga dan merasakan apa yang dahulu telah dijanjikan kepada mereka. Begitu pula ketika penduduk neraka memasuki neraka dan merasakan apa yang dahulu telah dijanjikan kepada mereka.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis keyakinan dan tingkatannya beserta contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
والحمد لله رب العالمين