بسم الله الرحمن الرحيم
Jika ada yang bertanya kepada kita: “Apa buktinya Allah itu ada?” Maka pertanyaan ini bisa dijawab dengan beberapa cara. Ada empat cara yang bisa digunakan untuk membuktikan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala itu benar-benar ada walaupun Dia tidak terlihat oleh kita di dunia ini. Keempat cara itu adalah dengan melakukan pembuktian dengan fitrah, akal, syariat, dan indera.
1. Pembuktian dengan fitrah bahwa Allah itu ada.
Sesungguhnya manusia itu ketika dilahirkan telah memiliki fitrah untuk beriman kepada Allah tanpa perlu diajarkan terlebih dahulu oleh siapapun. Fitrah sucinya ini baru berubah ketika dia sudah mulai besar dan diajari oleh lingkungannya terdekatnya. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Tidaklah setiap anak yang dilahirkan melainkan dia berada dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai pengikut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” [HR Al Bukhari (1358) dan Muslim (2658)]
2. Pembuktian dengan akal bahwa Allah itu ada.
Pembuktian bahwa Allah itu ada dengan cara ini bisa dilihat dari dua sisi.
Sisi yang pertama: makhluk itu tidak akan bisa menciptakan dirinya sendiri karena makhluk itu tidaklah ada sebelum dia diciptakan. Kalau demikian keadaannya maka mana mungkin dia bisa menjadi pencipta. Kalau makhluk bukan pencipta, maka tentu ada sesuatu sesuatu selain makhluk yang menciptakan dia, yaitu Allah Sang Pencipta (Al Khaliq).
Sisi yang kedua: makhluk itu tidak akan mungkin terbentuk dengan sendirinya secara tiba-tiba tanpa ada asal-usul dan sebab-musabab, karena segala sesuatu yang baru itu mestilah ada yang menciptakannya pertama kali. Kalau sudah jelas bahwa makhluk itu tidak mungkin tercipta dengan sendirinya secara tiba-tiba, maka pastilah ada yang menciptakannya dan mengaturnya, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Hal ini telah diterangkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala secara jelas di dalam Al Qur`an:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (Pencipta) ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” [QS Ath Thur: 35]
Contoh yang paling sederhana untuk memperjelas masalah ini adalah jika ada seseorang yang menceritakan kepada kita bahwa ada sebuah istana megah yang dikelilingi oleh taman yang indah, memiliki karpet-karpet tebal dan tiang-tiang yang kokoh, dan dihiasi dengan berbagai hiasan dan dekorasi, lalu orang itu mengatakan bahwa istana itu terjadi dengan sendirinya atau tercipta dengan tiba-tiba tanpa ada yang satu orangpun yang membuatnya. Tentunya kita akan segera menertawakan orang itu dan mendustakannya karena hal ini tidaklah mungkin terjadi. Istana dengan segala kemegahan, keindahan, dan perlengkapannya itu pastilah ada orang yang membuatnya. Maka terlebih lagi dengan alam semesta ini, langitnya, buminya, isinya, dan keteraturan sistem kehidupan yang ada di dalamnya tidaklah mungkin tercipta sendiri begitu saja. Ia pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah ‘azza wa jalla.
3. Pembuktian dengan syariat bahwa Allah itu ada.
Buktinya sangatlah jelas karena seluruh kitab suci langit (Al Qur`an, Injil, Taurat, Zabur, dsb) dengan jelas dan terang menyebutkan keberadaan Allah ta’ala. Selain itu, hukum-hukum syariat yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan makhluk menunjukkan bahwasanya ia dibuat oleh Allah Al Hakim (Yang Maha Bijaksana) yang Maha Mengetahui akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Selain itu juga, kabar-kabar dan berita-berita tentang keadaan alam semesta ini menunjukkan bahwa semua itu ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah Al Qadir.
4. Pembuktian dengan indera bahwa Allah itu ada.
Pembuktian bahwa Allah itu ada dengan cara ini bisa dilihat dari dua sisi.
Sisi yang pertama: Kita bisa melihat dan merasakan bahwa doa orang-orang yang mengalami kesulitan dan kesusahan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Pengabulan doa dan permintaan manusia oleh Allah ta’ala masih bisa dan sering kita lihat hingga hari ini. Ini sangat jelas menunjukkan atas keberadaan Allah ta’ala.
Allah mengabulkan doa Nabi Nuh ‘alaihish shalatu was salam:
“dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, lalu Kami memperkenankan doanya. Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar. Kami tolong dia dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat kami.” [QS Al Anbiya`: 76-77]
Allah mengabulkan doa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
‘”Ketika kalian memohon pertolongan kepada Rabb kalian, lalu Dia menjawab permohonan kalian: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kalian dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS Al Anfal: 9]
Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits nabawi yang menceritakan tentang doa-doa para hamba yang dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Sisi yang kedua: Mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh para Nabi Allah dan bisa disaksikan oleh umat-umat mereka, menunjukkan dengan jelas atas adanya Zat yang mengirimkan mukjizat-mukjizat tersebut kepada mereka, yaitu Allah ta’ala. Mukjizat ini adalah suatu kejadian luar biasa pada para Nabi Allah yang tidak mungkin diusahakan dan diciptakan oleh siapapun kecuali Allah saja.
Beberapa contoh mukjizat adalah seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa صلى الله عليه وسلم yang mampu untuk membelah lautan dengan tongkatnya. Allah berfirman:
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” [QS Asy Syu’ara`: 63]
Contoh lainnya adalah mukjizat Nabi Isa صلى الله عليه وسلم :
“dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Rabb kalian, yaitu aku membuat untuk kalian dari tanah berbentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian.” [QS Ali Imran: 49]
Demikianlah pembahasan tentang pembuktian bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu benar-benar ada. Dia memang tidak dapat di dunia namun dapat dilihat di akhirat oleh orang-orang yang beriman (lihat pembahasannya di sini). Semoga pembahasan ini dapat menambah keyakinan dan kekuatan iman kita kepada Allah ‘azza wa jalla.
Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Syarhul Ushulits Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah.
1. Pembuktian dengan fitrah bahwa Allah itu ada.
Sesungguhnya manusia itu ketika dilahirkan telah memiliki fitrah untuk beriman kepada Allah tanpa perlu diajarkan terlebih dahulu oleh siapapun. Fitrah sucinya ini baru berubah ketika dia sudah mulai besar dan diajari oleh lingkungannya terdekatnya. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
2. Pembuktian dengan akal bahwa Allah itu ada.
Pembuktian bahwa Allah itu ada dengan cara ini bisa dilihat dari dua sisi.
Sisi yang pertama: makhluk itu tidak akan bisa menciptakan dirinya sendiri karena makhluk itu tidaklah ada sebelum dia diciptakan. Kalau demikian keadaannya maka mana mungkin dia bisa menjadi pencipta. Kalau makhluk bukan pencipta, maka tentu ada sesuatu sesuatu selain makhluk yang menciptakan dia, yaitu Allah Sang Pencipta (Al Khaliq).
Sisi yang kedua: makhluk itu tidak akan mungkin terbentuk dengan sendirinya secara tiba-tiba tanpa ada asal-usul dan sebab-musabab, karena segala sesuatu yang baru itu mestilah ada yang menciptakannya pertama kali. Kalau sudah jelas bahwa makhluk itu tidak mungkin tercipta dengan sendirinya secara tiba-tiba, maka pastilah ada yang menciptakannya dan mengaturnya, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Hal ini telah diterangkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala secara jelas di dalam Al Qur`an:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
Contoh yang paling sederhana untuk memperjelas masalah ini adalah jika ada seseorang yang menceritakan kepada kita bahwa ada sebuah istana megah yang dikelilingi oleh taman yang indah, memiliki karpet-karpet tebal dan tiang-tiang yang kokoh, dan dihiasi dengan berbagai hiasan dan dekorasi, lalu orang itu mengatakan bahwa istana itu terjadi dengan sendirinya atau tercipta dengan tiba-tiba tanpa ada yang satu orangpun yang membuatnya. Tentunya kita akan segera menertawakan orang itu dan mendustakannya karena hal ini tidaklah mungkin terjadi. Istana dengan segala kemegahan, keindahan, dan perlengkapannya itu pastilah ada orang yang membuatnya. Maka terlebih lagi dengan alam semesta ini, langitnya, buminya, isinya, dan keteraturan sistem kehidupan yang ada di dalamnya tidaklah mungkin tercipta sendiri begitu saja. Ia pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah ‘azza wa jalla.
3. Pembuktian dengan syariat bahwa Allah itu ada.
Buktinya sangatlah jelas karena seluruh kitab suci langit (Al Qur`an, Injil, Taurat, Zabur, dsb) dengan jelas dan terang menyebutkan keberadaan Allah ta’ala. Selain itu, hukum-hukum syariat yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan makhluk menunjukkan bahwasanya ia dibuat oleh Allah Al Hakim (Yang Maha Bijaksana) yang Maha Mengetahui akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Selain itu juga, kabar-kabar dan berita-berita tentang keadaan alam semesta ini menunjukkan bahwa semua itu ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah Al Qadir.
4. Pembuktian dengan indera bahwa Allah itu ada.
Pembuktian bahwa Allah itu ada dengan cara ini bisa dilihat dari dua sisi.
Sisi yang pertama: Kita bisa melihat dan merasakan bahwa doa orang-orang yang mengalami kesulitan dan kesusahan dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Pengabulan doa dan permintaan manusia oleh Allah ta’ala masih bisa dan sering kita lihat hingga hari ini. Ini sangat jelas menunjukkan atas keberadaan Allah ta’ala.
Allah mengabulkan doa Nabi Nuh ‘alaihish shalatu was salam:
وَنُوحًا إِذْ نَادَى مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ
فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَنَصَرْنَاهُ مِنَ
الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
Allah mengabulkan doa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits nabawi yang menceritakan tentang doa-doa para hamba yang dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Sisi yang kedua: Mukjizat-mukjizat yang dimiliki oleh para Nabi Allah dan bisa disaksikan oleh umat-umat mereka, menunjukkan dengan jelas atas adanya Zat yang mengirimkan mukjizat-mukjizat tersebut kepada mereka, yaitu Allah ta’ala. Mukjizat ini adalah suatu kejadian luar biasa pada para Nabi Allah yang tidak mungkin diusahakan dan diciptakan oleh siapapun kecuali Allah saja.
Beberapa contoh mukjizat adalah seperti yang dimiliki oleh Nabi Musa صلى الله عليه وسلم yang mampu untuk membelah lautan dengan tongkatnya. Allah berfirman:
فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ
فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
Contoh lainnya adalah mukjizat Nabi Isa صلى الله عليه وسلم :
وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ
مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ
فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ
وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا
تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ
Demikianlah pembahasan tentang pembuktian bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu benar-benar ada. Dia memang tidak dapat di dunia namun dapat dilihat di akhirat oleh orang-orang yang beriman (lihat pembahasannya di sini). Semoga pembahasan ini dapat menambah keyakinan dan kekuatan iman kita kepada Allah ‘azza wa jalla.
والحمد لله رب العالمين