بسم الله الرحمن الرحيم
Ada beberapa tempat di dalam sholat yang disunnahkan bagi seseorang untuk mengangkat kedua tangannya ketika mengucapkan takbir. Tempat-tempat itu adalah sebagai berikut:
1. Ketika takbiratul ihram.
Takbiratul ihram adalah takbir yang dilakukan ketika memulai sholat. Hukum takbiratul ihram adalah wajib, dan mengangkat tangan ketika itu adalah mustahab (disunnahkan). Dalil tentang disyariatkan mengangkat tangan ketika takbiratul ihram adalah:
a. Hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
“Saya melihat Nabi صلى الله عليه وسلم membuka takbir di dalam sholat lalu mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir sampai menjadikan keduanya sejajar dengan kedua pundaknya.” [HR Al Bukhari (738) dan Muslim (390).]
b. Hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ
“Saya adalah orang yang paling hafal tentang shalatnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم di antara kalian. Saya melihat beliau apabila bertakbir mengangkat kedua tangannya sejajar kedua pundaknya.” [HR Al Bukhari (828)]
2. Ketika akan ruku’.
Dalilnya adalah lanjutan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu di atas. Dia berkata:
وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
“dan apabila bertakbir untuk ruku’, beliau melakukan seperti itu (mengangkat kedua tangan sejajar pundak).” [HR Al Bukhari (738) dan Muslim (390).]
3. Ketika bangkit dari ruku’.
Dalilnya adalah lanjutan hadits Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu di atas. Dia berkata:
وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَهُ وَقَالَ: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Apabila beliau mengucapkan “sami’allohu liman hamidah” maka beliau melakukan seperti itu (mengangkat kedua tangan sejajar pundak) dan membaca: “robbana walakal hamd”. [HR Al Bukhari (738) dan Muslim (390).]
4. Ketika bangkit dari tasyahhud awal pada shalat yang memiliki dua tasyahhud.
Dalilnya adalah hadits dari jalan Nafi’ yang menyebutkan tentang sholatnya Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu:
وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ
“Apabila dia berdiri dari dua raka’at, maka dia mengangkat kedua tangannya.” [HR Al Bukhari (739). Hadits ini memiliki hukum marfu’.]
Dalil lainnya adalah hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
ثم إذا قام من الركعتين كبر ورفع يديه حتى يحاذي بهما منكبيه كما كبر عند افتتاح الصلاة
“Kemudian apabila beliau (Nabi صلى الله عليه وسلم ) bangkit dari dua raka’at, maka beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sampai menyamai kedua pundaknya sebagaimana beliau bertakbir di pembukaan shalat.” [HR Abu Daud (730). Hadits shahih.]
5. Setiap kali bangkit dari sujud.
Disunnahkan pula mengangkat kedua tangan ketika bertakbir bangkit dari sujud, baik sujud pertama maupun sujud yang kedua di semua raka’at. Dalil atas hal ini adalah hadits Wail bin Hujr radhiallahu ‘anhu, dia berkata:
وإذا رفع رأسه من السجود أيضا رفع يديه حتى فرغ من صلاته
“dan apabila beliau (Nabi صلى الله عليه وسلم ) mengangkat kepalanya dari sujud, beliau juga mengangkat kedua tangannya sampai selesai dari shalatnya.” [HR Abu Daud (723). Hadits shahih.]
Amalan ini juga pernah dilakukan oleh Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma dan sebagian tabi’in sebagaimana tersebut di Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Perhatian:
Takbir pada tempat yang kelima ini sepatutnya tidak sering dilakukan. Alasannya adalah karena di dalam lanjutan hadits Abdullah bin Umar pada bagian akhirnya disebutkan:
وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يَسْجُدُ وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
“Beliau (Nabi صلى الله عليه وسلم ) tidak melakukan itu (yaitu mengangkat tangan) ketika akan sujud dan tidak pula ketika mengangkat kepalanya dari sujud.” [HR Al Bukhari (738).]
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم jarang sekali mengangkat tangan pada tempat yang kelima ini, karena Abdullah bin Umar adalah sahabat yang tinggal di Madinah dan sangat sering shalat bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم , berbeda halnya dengan Wail bin Hujr yang hanya beberapa saat saja bersama beliau. Wallahu a’lam bish showab.
والحمد لله رب العالمين
Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Taudhihul Ahkam karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam rahimahullah dan Kitabush Sholah min Bulughil Maram karya Syaikh Muhammad bin Hizam Al Ba’dani hafzhahullah.