بسم الله الرحمن الرحيم
A. MUSIBAH
Kata musibah di dalam bahasa Indonesia identik dengan makna teguran dan peringatan. Kata ini biasa digunakan dalam kejadian-kejadian yang mengandung unsur-unsur seperti bencana, kecelakaan, kerugian, kehilangan, kematian, dan yang semisalnya. Musibah adalah suatu ketentuan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” [QS An Nisa`: 78]
SEBAB TURUNNYA MUSIBAH
Namun, meskipun musibah itu adalah ketentuan dari Allah, namun musibah itu terjadi disebabkan karena kesalahan manusia itu sendiri yang berbuat kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antara dalil-dalil yang menerangkan akan hal ini adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah ta’ala:
“Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” [QS An Nisa`: 79]
b. Firman Allah ta’ala:
“Apa
saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan
kalian sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahan itu).” [QS Asy Syura: 30]
c. Firman Allah ta’ala:
“Maka
mereka ditimpa musibah akibat buruk dari apa yang mereka usahakan dan
orang-orang yang zhalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari
usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” [QS Az Zumar: 51]
d. Firman Allah ta’ala:
“Hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa musibah
berupa fitnah (cobaan) atau ditimpa azab yang pedih.” [QS An Nur: 63]
e. Firman Allah ta’ala:
“Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah
kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” [QS Al Maidah: 49]
f. Firman Allah ta’ala:
“Orang-orang yang
kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri
atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga
datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” [QS Ar
Ra’du: 31]
g. Allah berfirman mengisahkan tentang keadaan kaum muslimin yang mendapatkan musibah pada perang Uhud adalah disebabkan karena perbuatan mereka sendiri yang melanggar perintah Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
“Mengapa ketika kalian ditimpa
musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat (kepada musuh-musuh kalian pada peperangan
Badar), kalian berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?”
Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri.” Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [QS Alu Imran: 165]
h. Firman Allah ta’ala yang menerangkan perkataan Nabi Syu’aib صلى الله عليه وسلم kepada kaumnya yang mengingkari ajaran tauhid yang dibawa oleh beliau:
“Wahai kaumku, janganlah
hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kalian
menjadi jahat sehingga kalian ditimpa musibah (azab) seperti yang
menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Shalih. Sedang kaum Luth tidak
(pula) jauh (tempatnya) dari kalian.” [QS Hud: 89]
TUNTUNAN KETIKA MENDAPATKAN MUSIBAH
Yang dituntut dari seorang mukmin ketika mendapatkan musibah dari Allah adalah untuk bersabar terhadap takdir Allah dan bertaqwa kepada-Nya agar mendapatkan pengampunan dari Allah. Allah ta’ala berfirman:
“Sungguh Kami pasti
akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” [QS Al
Baqarah: 155-157]
Kita juga harus menjaga keimanan kita ketika mendapatkan suatu musibah agar jangan luntur apalagi sampai hilang sebagaimana yang banyak kita lihat pada sebagian orang yang berganti agama selain Islam ketika mendapatkan musibah tertentu. Hal ini sangat penting agar kita tidak menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman:
“Di
antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak
dengan keyakinan). Jika dia memperoleh kebajikan, maka dia merasa tenang
dengan keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah
dia ke belakang (kekafiran). Rugilah dia di dunia dan di akhirat. Yang
demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [QS Al Hajj: 11]
Selain itu, hendaknya seorang mukmin berfikir positif terhadap musibah yang menimpanya karena bisa jadi musibah yang menimpanya itu merupakan penyegeraan hukuman di dunia sebagai pengganti dari hukuman yang lebih berat di akhirat. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Apabila
Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya maka Dia akan menyegerakan
hukuman baginya di dunia. Apabila Allah menghendaki kejelekan kepada
hamba-Nya maka Dia akan menunda hukuman akibat dosanya hingga ditunaikan
pada hari kiamat.” [HR At Tirmidzi (2396) dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]
Demikianlah pembahasan seputar masalah musibah. Pada bagian kedua, insya Allah kita akan membahas tentang ibtila` dan perbedaan antara musibah dan ibtila`. Untuk membaca bagian kedua silakan tekan di sini.
Setiap
manusia yang ada di muka bumi ini pasti akan mengalami yang namanya
ujian hidup. Ujian hidup ini bermacam ragam bentuk dan rupanya, ada
yang ringan dan ada pula yang berat. Ada dua jenis ujian yang
diberikan oleh Allah kepada manusia, yaitu musibah dan cobaan (ibtila`). Kita
akan mencoba melihat kedua hal ini secara lebih terperinci. Namun
dikarenakan panjangnya tulisan ini maka pembahasan ini akan kami bagi ke
dalam dua bagian.
A. MUSIBAH
Kata musibah di dalam bahasa Indonesia identik dengan makna teguran dan peringatan. Kata ini biasa digunakan dalam kejadian-kejadian yang mengandung unsur-unsur seperti bencana, kecelakaan, kerugian, kehilangan, kematian, dan yang semisalnya. Musibah adalah suatu ketentuan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
SEBAB TURUNNYA MUSIBAH
Namun, meskipun musibah itu adalah ketentuan dari Allah, namun musibah itu terjadi disebabkan karena kesalahan manusia itu sendiri yang berbuat kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antara dalil-dalil yang menerangkan akan hal ini adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah ta’ala:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ
سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
b. Firman Allah ta’ala:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
c. Firman Allah ta’ala:
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ
هَؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ
d. Firman Allah ta’ala:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ
فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
e. Firman Allah ta’ala:
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ
يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
f. Firman Allah ta’ala:
وَلَا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا
قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
g. Allah berfirman mengisahkan tentang keadaan kaum muslimin yang mendapatkan musibah pada perang Uhud adalah disebabkan karena perbuatan mereka sendiri yang melanggar perintah Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا
قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
h. Firman Allah ta’ala yang menerangkan perkataan Nabi Syu’aib صلى الله عليه وسلم kepada kaumnya yang mengingkari ajaran tauhid yang dibawa oleh beliau:
وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ
مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ
لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ
TUNTUNAN KETIKA MENDAPATKAN MUSIBAH
Yang dituntut dari seorang mukmin ketika mendapatkan musibah dari Allah adalah untuk bersabar terhadap takdir Allah dan bertaqwa kepada-Nya agar mendapatkan pengampunan dari Allah. Allah ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Kita juga harus menjaga keimanan kita ketika mendapatkan suatu musibah agar jangan luntur apalagi sampai hilang sebagaimana yang banyak kita lihat pada sebagian orang yang berganti agama selain Islam ketika mendapatkan musibah tertentu. Hal ini sangat penting agar kita tidak menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ
أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى
وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Selain itu, hendaknya seorang mukmin berfikir positif terhadap musibah yang menimpanya karena bisa jadi musibah yang menimpanya itu merupakan penyegeraan hukuman di dunia sebagai pengganti dari hukuman yang lebih berat di akhirat. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا وإذا أراد الله
بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة
Demikianlah pembahasan seputar masalah musibah. Pada bagian kedua, insya Allah kita akan membahas tentang ibtila` dan perbedaan antara musibah dan ibtila`. Untuk membaca bagian kedua silakan tekan di sini.
وبالله التوفيق