Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Perbedaan antara Musibah dan Cobaan (Bagian Kedua)

بسم الله الرحمن الرحيم

Setelah pada bagian pertama kita membahas khusus tentang masalah musibah, maka pada kesempatan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan seputar ibtila` dan perbedaan antara musibah dan ibtila`. Tulisan ini merupakan bagian terakhir dari pembahasan ini.

B. IBTILA`

Ibtila` diartikan di dalam bahasa Indonesia sebagai cobaan dan ujian. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan tujuan untuk:

1. Menguji siapa di antara mereka yang bersyukur atas nikmatnya dan bersabar atas kesulitan yang menimpanya. Dengan ini maka bisa diketahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling bagus amalannya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” [QS Al Kahfi: 7]

Dalam ayat yang lain:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

“Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) keadaan kalian.” [QS Muhammad: 31]

2. Menghapus dosa dari hamba-hamba-Nya yang bersabar dalam menghadapi segala cobaan yang menimpanya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ما يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في نفسه وولده وماله حتى يلقى الله وما عليه خطيئة

“Senantiasa cobaan itu datang menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa ada satupun dosa pada dirinya.” [HR At Tirmidzi (2399) dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]

C. PERBEDAAN ANTARA MUSIBAH DAN IBTILA`

Ada beberapa perbedaan antara ibtila` dan musibah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Musibah biasanya berupa sesuatu yang tidak disukai dan tidak mengenakkan. Adapun ibtila` itu dapat berbentuk kejelekan dan sesuatu yang tidak disukai, tetapi juga bisa berbentuk sesuatu yang bagus menurut pandangan manusia berupa kenikmatan dan kesenangan. Di antara dalil yang menerangkan tentang hal ini adalah:

a. Firman Allah ta’ala:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” [QS Al Anbiya`: 35]

b. Firman Allah ta’ala:

وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan, di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran).” [QS Al A’raaf: 168]

c. Firman Allah ta’ala:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya dengan memuliakannya dan memberinya kenikmatan, maka dia akan berkata: “Rabbku telah memuliakanku”. Adapun bila Rabbnya mengujinya dengan membatasi rezekinya, maka dia berkata: “Rabbku telah menghinakanku.” [QS Al Fajr: 15-16]

d. Firman Allah ta’ala yang menerangkan perkataan Nabi Sulaiman صلى الله عليه وسلم setelah mendapatkan kemudahan dari Allah berupa dipindahkannya singgasana Ratu Balqis ke tempatnya dalam sekejap mata oleh seseorang yang memiliki ilmu dari Al Kitab:

فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata: “Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku itu Ghaniy (Maha Kaya) lagi Karim (Maha Mulia).” [QS An Naml: 40]

e. Terkadang ibtila` juga bisa dinamakan dengan musibah, terutama bila ibtila` itu berbentuk sesuatu yang tidak disukai oleh tabiat manusia. Sebagaimana di dalam firman Allah ta’ala:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Sungguh Kami pasti akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat pengampunan dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” [QS Al Baqarah: 155-157]

f. Kisah Nabi Ibrahim صلى الله عليه وسلم yang diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya. Allah menamakan ini sebagai suatu ujian:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ

“Sesungguhnya (penyembelihan) ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” [QS Ash Shaffat: 106]

2. Perbedaan lainnya adalah musibah biasanya terjadi disebabkan karena kedurhakaan atau kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah ta’ala. Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal ini telah kami terangkan pada bagian pertama dari tulisan ini. Silakan merujuk kembali di tulisan tersebut. Adapun ibtila` tidak mesti disebabkan oleh adanya suatu kemaksiatan.

Jadi, musibah lebih identik dengan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan ibtila` lebih identik dengan ujian dan cobaan, baik berupa sesuatu yang jelek ataupun berupa suatu kenikmatan.

3. Terkadang ibtila` itu merupakan wujud kecintaan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hambanya yang dicintai-Nya. Berbeda dengan musibah, terkadang ia merupakan perwujudan dari kemarahan dan hukuman dari Allah ‘azza wa jalla. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط

“Sesungguhnya besarnya pahala diiringi dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah bila mencintai suatu kaum akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha (dengan cobaan) maka dia akan mendapatkan ridha (Allah) dan barangsiapa yang marah maka dia akan mendapatkan kemarahan (Allah).” [HR At Tirmidzi (2396) dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]

TUNTUNAN KETIKA MENDAPATKAN IBTILA`

Ketika seorang mukmin mendapatkan cobaan dari Allah ta’ala dengan mendapatkan suatu kenikmatan maka sepatutnya dia menggunakan kenikmatan itu di dalam hal-hal yang diridhai oleh Allah ta’ala karena pada hakikatnya kenikmatan itu merupakan suatu amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah di hari kiamat. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لا تزول قدم ابن آدم يوم القيامة من عند ربه حتى يسئل عن خمس عن عمره فيم أفناه وعن شبابه فيم أبلاه وماله من أين اكتسبه وفيم أنفقه وماذا عمل فيما علم

“Tidaklah tergelincir kaki seorang anak Adam pada hari kiamat di sisi Rabbnya hingga ditanya tentang lima perkara: tentang umurnya: dalam perkara apa dia habiskan, tentang masa mudanya: dalam perkara apa dia habiskan, tentang hartanya: dari mana dia peroleh dan untuk perkara apa dia habiskan, dan apa yang sudah dia amalkan dari ilmunya.” [HR At Tirmidzi (2416) dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Hadits hasan.]

Namun apabila yang dia dapatkan adalah cobaan yang berupa kejelekan seperti kehilangan, kematian, penyakit, atau yang sejenisnya maka sepatutnya dia bersabar dalam menhadapi cobaan tersebut dan mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala atas kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi cobaan tersebut. Allah ta’ala berfirman:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan diri kalian. Kalian sungguh-sungguh (juga) akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang musyrik gangguan yang banyak. Jika kalian bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” [QS Alu Imran: 186]

وبالله التوفيق