بسم الله الرحمن الرحيم
Kejadian ini diceritakan oleh Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya nomor 466:
خَطَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ إِنْ يَكُنْ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الْعَبْدَ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا
Beberapa hari setelah kejadian itu, akhirnya Rasul صلى الله عليه وسلم diwafatkan oleh Allah ta’ala, pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 H. Ketika kabar kematian beliau ini sampai ke telinga para sahabat, terjadilah keguncangan yang luar biasa pada diri-diri mereka. Ada yang belum merasa siap untuk kehilangan pemimpin tertinggi mereka, ada yang tidak mempercayainya, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau tidaklah mati, akan tetapi hanya dipanggil sementara oleh Allah dan akan segera kembali kepada mereka.
Di antara sahabat Nabi yang dengan tegas menolak kematian beliau adalah Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu. Umar berdiri di hadapan para sahabat yang hadir di mesjid Nabawi seraya berkata: “Tidaklah ada yang aku yakini di dalam diriku melainkan hal tersebut.” Yaitu keyakinan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم hanya mati sementara. Umar melanjutkan: “Allah akan sungguh-sungguh membangkitkan beliau kembali untuk menebas tangan-tangan dan kaki-kaki mereka.”
Kemudian datanglah Abu Bakr radhiallahu ‘anhu ke mesjid sambil berkata: “Wahai Umar, duduklah engkau, tenanglah engkau!.” Akan tetapi Umar enggan untuk duduk. Lalu Abu Bakr menghadap kepada para sahabat lainnya untuk berbicara, dan Umar baru duduk ketika Abu Bakr mulai berbicara.
Abu Bakr memulai pembicaraan dengan bertahmid kepada Allah dan memuji-Nya. Lalu beliau berkata: “Ketahuilah, barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad صلى الله عليه وسلم , maka sesungguhnya Muhammad telah wafat; dan barangsiapa di antara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tidak pernah mati!” Lalu beliau membaca ayat:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
dan ayat:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Ayat yang dibacakan oleh Abu Bakr tadi, seoalah-olah belum pernah diturunkan oleh Allah dan para sahabat belum pernah mendengarnya. Ketika Abu Bakr membacakan ayat ini, barulah para sahabat bisa menerima kenyataan yang sangat menyedihkan, yaitu kepergian Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk selama-lamanya. Para sahabat seluruhnya menangis tersedu-sedu sembari mengulang-ulangi ayat yang telah dibacakan oleh Abu Bakr kepada mereka tadi.
Umar ibnul Khaththab berkata: “Begitu aku mendengar Abu Bakr membacakan ayat tersebut, aku tertegun. Kedua kakiku tidak mampu menahan tubuhku, lalu aku tersungkur ke tanah tatkala aku mendengar Abu Bakr membacanya. Barulah aku sadar bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم telah wafat.”
Demikianlah kisah ketegaran, ketabahan, dan kesabaran Abu Bakr Ash Shiddiq radhiallahu ‘anhu dalam menghadapi kesedihan terbesar dan kenyataan terpahit yaitu meninggalnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم di saat para sahabat yang lain mengalami keguncangan yang dahsyat dan kebingungan yang besar.
وبالله التوفيق