Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Makna Wasilah pada Surat Al Maidah Ayat 35

بسم الله الرحمن الرحيم

Kaum Sufi dan para penggemar ibadah (baca: penyembah) di kuburan (quburiyyun) selalu saja merasa tidak cukup untuk beribadah secara langsung kepada Allah ta’ala. Mereka berkeyakinan bahwa kalau beribadah itu langsung kepada Allah, maka amalan mereka tidak akan sampai kepada Allah. Oleh karena itu menurut mereka, dibutuhkan perantara manusia yang dianggap shalih yang sudah meninggal sebagai perantara mereka kepada Allah ta’ala untuk membawa ibadah mereka ini sampai kepada Allah agar diterima.

Oleh karena itu, kita banyak sekali melihat mereka mendatangi kuburan para syaikh, wali, kiyai, tengku, dan sejenisnya untuk beribadah di sana, seperti berdoa, shalat, mengaji, i’tikaf, dan lain sebagainya dengan harapan agar ibadah mereka bisa diterima oleh Allah dengan perantaraan para mayit tersebut.

Mereka berdalil dengan firman Allah ta’ala di dalam surat Al Maidah ayat 35 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan.”

dan firman Allah di dalam surat Al Isra` ayat 57 yang berbunyi:

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri juga mencari jalan (wasilah) kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).”

Inilah dalil yang mereka gunakan sebagai sandaran keyakinan mereka dan untuk melegalkan perbuatan mereka tersebut.

BANTAHAN ATAS MEREKA

Ketahuilah, bahwasanya ayat yang mereka gunakan sebagai dalil atas perbuatan mereka tersebut pada hakikatnya adalah bantahan atas mereka sendiri karena mereka telah menafsirkan kedua ayat di atas dengan penafsiran yang keliru mengikuti kejahilan dan hawa nafsu mereka.

Sesungguhnya makna wasilah (perantara) yang benar dari kedua ayat di atas adalah sebagaimana yang disebutkan oleh mayoritas (jumhur) ahli tafsir, yaitu: mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan melakukan amalan shalih.

Ini adalah penafsiran Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu, Qatadah, Mujahid, Al Hasan Al Bashri, Abu Wa`il, As Suddi, dll. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari, Ibnu Katsir, Al Baghawi, Al Alusi, Ar Razi, Al Baidhawi, dan lainnya di dalam kitab-kitab tafsir mereka.

Imam Asy Syinqithi rahimahullah berkata di dalam tafsirnya Adhwa`ul Bayan (1/427) : “Ketahuilah bahwasanya jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wasilah di sini (ayat 35 surat Al Maidah) adalah pendekatan diri (qurbah) kepada Allah ta’ala dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya berdasarkan apa yang dibawa oleh Muhammad صلى الله عليه وسلم dengan mengikhlaskannya hanya kepada Allah ta’ala, karena inilah satu-satunya jalan yang membawa kepada keridhaan Allah ta’ala dan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat yang ada di sisi-Nya.”

Kemudian, beliau berkata: “Dengan penjelasan ini, anda dapat mengetahui bahwa apa yang diyakini oleh banyak kelompok yang menyimpang pengikut orang-orang jahil yang menisbahkan diri kepada tasawwuf bahwa yang dimaksud dengan wasilah di dalam ayat ini adalah syaikh yang menjadi perantara bagi dirinya dan Allah. Ini merupakan bentuk keserampangan di dalam kejahilan, kebutaan, kesesatan yang nyata, dan mempermainkan kitab Allah ta’ala.”

Bahkan, Syaikh Asy Syinqithi juga menerangkan bahwa mengambil perantara selain Allah adalah salah satu bentuk amalan orang kafir sebagaimana yang Allah ceritakan di dalam Al Quran. Allah berfirman tentang perkataan mereka:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidaklah menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.” [QS Az Zumar: 3]

Di dalam ayat yang lain disebutkan:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“Mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah.” [QS Yunus: 18]

Beliau berkata: “Tafsir wasilah yang kami sebutkan di sini juga merupakan makna dari firman Allah:

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri juga mencari jalan (wasilah) kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah).” [QS Al Isra`: 57]

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa makna wasilah yang benar di dalam surat Al Maidah ayat 35 dan Al Isra` ayat 57 adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan amal shalih dengan ikhlas kepada Allah dan sesuai dengan sunnah Rasulullah صلى الله عليه وسلم .

Adapun penafsiran wasilah dengan makna menjadikan orang shalih baik yang masih hidup ataupun telah mati sebagai perantara kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka ini adalah makna yang batil dan berlandaskan kepada kejahilan dan hawa nafsu semata.

والحمد لله رب العالمين