بسم الله الرحمن الرحيم
Khusyuk adalah salah satu hal yang dituntut di dalam shalat. Nilai dari kesempurnaan suatu shalat sangatlah ditentukan oleh khusyuk ini. Semakin khusyuk seseorang di dalam shalatnya, maka semakin tinggi nilai shalatnya. Sebaliknya, semakin banyak dia lalai di dalam shalatnya, maka semakin berkurang pula nilai shalatnya.
Ia juga merupakan salah satu tanda keberuntungan bagi seorang mukmin sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala di dalam Al Qur`anul Karim:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk di dalam shalat mereka.” [QS Al Mu`minun: 1-2]
Sebagian ulama salaf mendefinisikan khusyuk di dalam shalat berupa ketenangan di dalamnya. Abu Asy Syaima` berkata bahwa khusyuk adalah suatu bentuk penghinaan diri dan perendahan hati di hadapan Allah dengan hati dan anggota tubuh. Definisi ini menunjukkan bahwa khusyuk merupakan amalan hati dan anggota tubuh. Artinya, apabila hati khusyuk, maka anggota tubuhpun akan ikut tenang.
Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dan yang lainnya dari Sa’id ibnul Musayyab rahimahullah, dia melihat ada seseorang yang shalat sambil mempermainkan jenggotnya. Lalu Sa’id berkata:
إني لأرى هذا لو خشع قلبه خشعت جوارحه
“Sesungguhnya saya menilai orang ini kalau hatinya khusyuk, maka anggota tubuhnya akan ikut khusyuk pula.”
Lantas, sering timbul pertanyaan tentang bagaimanakah cara mendatangkan kekhusyukan di dalam shalat. Pertanyaan ini telah dijawab oleh para ahlul ‘ilmi, di antaranya adalah Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam rahimahullah di dalam kitabnya Taudhihul Ahkam (2/83). Beliau menyebutkan enam kiat untuk menghadirkan kekhusyukan di dalam shalat. Berikut ini kami sampaikan ringkasannya:
1. Memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari gangguan syaithan. Ini dilakukan sebelum membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama.
2. Memahami arti dan merenungkan makna (tadabbur) dari setiap bacaan, zikir, dan doa di dalam shalat.
3. Menghadirkan di dalam pikiran kita kebesaran dan keagungan Allah ta’ala, dan bahwasanya kita sedang menghadap kepada-Nya untuk bermunajat kepada-Nya.
4. Menyadari kelemahan dan kefakiran kita terhadap kebesaran Allah ta’ala ketika dalam keadaan ruku’ dan sujud.
5. Membatasi pandangan hanya pada tempat sujud karena jika pandangan terpecah fokusnya maka hatipun akan ikut terpecah konsentrasinya.
6. Mengosongkan pikiran dari segala hal yang dapat menyibukkannya.
Demikianlah beberapa kiat mendapatkan khusyu’ di dalam shalat. Semoga Allah ta’ala memudahkan kita agar dapat mengamalkannya di dalam setiap shalat kita. Amin.
والحمد لله رب العالمين
Sumber: Disadur dengan perubahan seperlunya dari kitab Taudhihul Ahkam karya Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Bassam rahimahullah.