بسم الله الرحمن الرحيم
Sebagian kita mungkin pernah mendengar shalawat Badar yang isinya begini:
Menurut sejarah shalawat ini didendangkan oleh penduduk Madinah ketika menyambut Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang tiba di Madinah dari Mekkah dalam rangka hijrah.
Kami melihat, ada beberapa hal yang perlu diluruskan atau diketahui yang berkaitan dengan shalawat ini. Kami susun dalam bentuk poin agar mudah dipahami.
1. Penamaan hal ini dengan “shalawat” tidaklah tepat karena teks ucapan ini tidak mengandung unsur shalawat sama sekali. Yang benar adalah hal ini dinamakan dengan “qashidah” atau “syair” yang memang biasa didendangkan oleh bangsa Arab sejak masa dahulu.
2. Pendapat bahwa qashidah atau syair ini didendangkan ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiba di Madinah dari Mekkah dalam rangka hijrah tidaklah tepat. Yang benar adalah bahwa peristiwa ini terjadi ketika beliau tiba di Madinah setelah selesai dari perang Tabuk.
Buktinya adalah: sejarah menunjukkan bahwa Nabi ketika masuk ke Madinah pada masa hijrah melewati daerah perkampungan Bani An Najjar di selatan Madinah karena Mekkah berada di selatan Madinah. Sedangkan pada saat pulang dari perang Tabuk, barulah beliau masuk ke Madinah dari daerah Tsaniyyatul Wada’ di utara Madinah karena Tabuk itu berada di utara Madinah.
3. Sanad kisah ini lemah dikarenakan terputusnya jalur sanad ini pada dua atau lebih tingkatan perawi secara berurutan (mu’dhal).
Kisah ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di kitab “Dalailun Nubuwwah” dari Ubaidullah bin Aisyah guru Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan Ubaidullah ini tidak menyebutkan dari siapa dia meriwayatkan kisah ini. Sehingga sanad kisah ini terputus sebanyak tiga tingkatan atau lebih sampai ke masa Nabi hidup. Demikian pula kisah ini dilemahkan oleh Al Iraqi di dalam takhrijnya terhadap kitab Ihya Ulumuddin karangan Al Ghazali.
طلع البدر علينا من ثنيات الوداع
وجب الشكر علينا
ما دعا لله داع
أيها المبعوث فينا
جئت بالأمر المطاع
Menurut sejarah shalawat ini didendangkan oleh penduduk Madinah ketika menyambut Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang tiba di Madinah dari Mekkah dalam rangka hijrah.
Kami melihat, ada beberapa hal yang perlu diluruskan atau diketahui yang berkaitan dengan shalawat ini. Kami susun dalam bentuk poin agar mudah dipahami.
1. Penamaan hal ini dengan “shalawat” tidaklah tepat karena teks ucapan ini tidak mengandung unsur shalawat sama sekali. Yang benar adalah hal ini dinamakan dengan “qashidah” atau “syair” yang memang biasa didendangkan oleh bangsa Arab sejak masa dahulu.
2. Pendapat bahwa qashidah atau syair ini didendangkan ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم tiba di Madinah dari Mekkah dalam rangka hijrah tidaklah tepat. Yang benar adalah bahwa peristiwa ini terjadi ketika beliau tiba di Madinah setelah selesai dari perang Tabuk.
Buktinya adalah: sejarah menunjukkan bahwa Nabi ketika masuk ke Madinah pada masa hijrah melewati daerah perkampungan Bani An Najjar di selatan Madinah karena Mekkah berada di selatan Madinah. Sedangkan pada saat pulang dari perang Tabuk, barulah beliau masuk ke Madinah dari daerah Tsaniyyatul Wada’ di utara Madinah karena Tabuk itu berada di utara Madinah.
3. Sanad kisah ini lemah dikarenakan terputusnya jalur sanad ini pada dua atau lebih tingkatan perawi secara berurutan (mu’dhal).
Kisah ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di kitab “Dalailun Nubuwwah” dari Ubaidullah bin Aisyah guru Imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan Ubaidullah ini tidak menyebutkan dari siapa dia meriwayatkan kisah ini. Sehingga sanad kisah ini terputus sebanyak tiga tingkatan atau lebih sampai ke masa Nabi hidup. Demikian pula kisah ini dilemahkan oleh Al Iraqi di dalam takhrijnya terhadap kitab Ihya Ulumuddin karangan Al Ghazali.
وبالله التوفيق