Peristiwa gerhana matahari dan bulan adalah kejadian yang sering terjadi. Karena seringnya terjadi, banyak orang yang menganggap itu adalah suatu peristiwa alam biasa yang akan terus berulang. Banyak orang berkumpul di suatu tempat untuk mengamati keindahannya, seolah-olah itu adalah salah satu obyek wisata dan keajaiban alam luar angkasa.
Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Peristiwa gerhana adalah salah ayat (tanda kekuasaan) Allah yang bertujuan untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya untuk menginstropeksi diri dan memperbaikinya, baik itu dengan cara beristighfar maupun bertaubat. Peringatan melalui peristiwa gerhana ini diberikan Allah ketika telah banyak muncul kerusakan, kemaksiatan, kebid’ahan, kesyirikan, dan kekufuran di muka bumi ini. Peringatan ini juga bisa berwujud bencana alam seperti banjir, kemarau, serangan massal ulat bulu (dan yang sejenisnya), wabah, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan lain sebagainya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika terjadi gerhana matahari pada masanya terkejut dan bersegera menuju ke mesjid sambil menarik kainnya untuk melaksanakan sholat karena khawatir terjadi kiamat atau datangnya azab Allah. Lihat kitab Shahih Al Bukhari (1040) dan Shahih Muslim (906).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا
اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Apabila kalian melihat itu (gerhana) maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, sholatlah, dan bersedekahlah.” [HR Al Bukhari (1044)]
Di dalam riwayat lain [HR Al Bukhari (1059)] dari Abu Musa Al Asy’ari, kita juga diperintahkan untuk beristighfar (meminta ampun) kepada Allah, dan membebaskan budak bila ada [HR Al Bukhari (2519) dari Asma` bintu Abi Bakr].
Tugas muazzin adalah mengumandangkan kalimat “Ash Sholatu Jami’ah” sebagai pengganti kalimat azan yang biasa. [Al Bukhari (1045)]
Lalu imam memulai sholat. Tata cara sholatnya adalah sebagaimana yang tersebut di hadits Aisyah radhiallahu ‘anha [HR Al Bukhari (1046) dan Muslim (901)], yang isinya bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Rakaat pertama imam membaca surat Al Fatihah dan ayat yang panjang, lalu ruku’ dengan ruku’ yang lama.
2. Lalu bangun dari ruku’ membaca “sami’allahu liman hamidah” tapi tidak sujud, melainkan kembali membaca Al Fatihah dan surat lain yang panjang.
3. Lalu ruku’, kemudian sujud dengan sujud yang lama dua kali.
4. Lalu bangun berdiri dan mengulangi langkah nomor 1 sampai 3.
5. Setelah sujud, duduk tahiyat akhir, lalu salam.
6. Selesai salam, imam berdiri di depan makmum menyampaikan khutbah/nasehat.
Semoga tulisan ringkas ini bisa menjadi nasehat buat saya dan teman-teman sekalian, serta bisa memperbaiki kekeliruan pemahaman kita selama ini mengenai peristiwa yang agung ini. Amin.
والحمد لله رب العالمين