Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Hak Allah terhadap Hamba

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah subhanahu wa ta’ala memiliki hak atas kita, dan kitapun memiliki hak atas Allah. Lalu, apakah haknya Allah dan haknya hamba tersebut?

Jawabannya ada di dalam hadits Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:

فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Haknya Allah atas seorang hamba adalah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Haknya hamba kepada Allah adalah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukannya dengan sesuatupun.” [HR Al Bukhari (2856) dan Muslim (30)]

Hak Allah terhadap hamba maknanya adalah kewajiban hamba terhadap Allah yang harus dipenuhi. Sedangkan hak hamba terhadap Allah maknanya adalah kemurahan pemberian Allah terhadap hamba-Nya yang taat.

والحمد لله رب العالمين