Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Tata Cara Shalat di Pesawat

بسم الله الرحمن الرحيم

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ustadz saya mau saya mau bertanya lagi, bagaimana cara sholat pada waktu posisi kita di pesawat umum? Mohon dijelaskan.

Jawaban:

Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuhu wamaghfiratuh.

Hukum asal di dalam melaksanakan shalat adalah dengan berdiri. Jika tidak mampu, maka dilakukan dengan duduk. Jika tidak mampu dengan duduk maka dengan berbaring ke samping. Dalilnya adalah hadits Imran ibnul Hushain radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Shalatlah engkau dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, maka dilakukan dengan duduk. Jika tidak mampu dengan duduk maka dengan berbaring pada sisi samping.” [HR Al Bukhari (1117)]

Apabila seseorang berada di dalam pesawat dan ingin melaksanakan shalat, maka jika dia mampu untuk berdiri, maka dia harus berdiri untuk shalat. Jika dia tidak mampu berdiri, maka dia boleh melaksanakannya dalam keadaan duduk.

Adapun untuk ruku’ dan sujudnya, maka dia cukup melakukan gerakan-gerakan isyarat baik dengan tangannya, badannya, ataupun gerakan kepala untuk membedakan antara ruku’ dan sujud, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika shalat dalam keadaan duduk. Allah ta'ala berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.” [QS At Taghabun: 16]

Allah ta'ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sebatas kemampuannya.” [QS Al Baqarah: 286]

Di dalam ayat lain Allah ta’ala juga berfirman:

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

“Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan atas kalian di dalam agama suatu kesempitan.” [QS Al Hajj: 78]

Dalam masalah menghadap kiblat, jika dia mampu mengetahui arah kiblat dan mampu shalat menghadap ke arahnya, maka itu sangatlah baik. Allah ta'ala berfirman:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

“Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjid Al Haram. Di manapun kalian berada, palingkanlah wajah kalian ke arahnya.” [QS Al Baqarah: 144]

Akan tetapi jika dia tidak mampu untuk mengetahui arah kiblat atau tidak mampu untuk menghadap ke arahnya, maka tidaklah mengapa dia menghadap ke arah manapun. Allah ta'ala berfirman:

فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ

“Ke arah manapun kalian menghadap, maka di situ terdapat wajah Allah.” [QS Al Baqarah: 115]

Demikianlah pendapat yang disebutkan oleh para ulama dalam masalah ini, wallahu 'alamu bish shawab.

والحمد لله رب العالمين