بسم الله الرحمن الرحيم
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di dalam kitab Shahihnya nomor 3060 dari Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
اكْتُبُوا لِي مَنْ تَلَفَّظَ
بِالْإِسْلَامِ مِنَ النَّاسِ. فَكَتَبْنَا لَهُ أَلْفًا وَخَمْسَ مِائَةِ رَجُلٍ.
فَقُلْنَا: نَخَافُ وَنَحْنُ أَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ؟ فَلَقَدْ رَأَيْتُنَا
ابْتُلِينَا حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي وَحْدَهُ وَهُوَ خَائِفٌ
“Tuliskan untukku (nama-nama) orang yang telah mengucapkan Islam (bersyahadat).” Lalu kami menuliskan untuk beliau sebanyak seribu lima ratus orang pria. Lalu kami bertanya: “(Perlukah) kita takut sedangkan kita berjumlah seribu lima ratus orang?” (Hudzaifah berkata:) “Sungguh aku telah melihat kami diuji (pada masa fitnah) sampai-sampai seorang lelaki melaksanakan shalat sendirian (di rumahnya) dalam keadaan takut.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah di dalam kitab Shahihnya (nomor 149) dengan redaksi yang sedikit berbeda: Dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَحْصُوا لِي كَمْ يَلْفِظُ
الإِسْلاَم. قَالَ: فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم، أَتَخَافُ
عَلَيْنَا وَنَحْنُ مَا بَيْنَ السّتّمِائَةٍ إِلَى السّبْعِمائَةٍ؟ قَالَ: إِنّكُمْ
لاَ تَدْرُونَ لَعَلّكُمْ أَنْ تُبْتَلَوْا. قَالَ: فَابْتُلِينَا حَتّى جَعَلَ الرّجُلُ
مِنّا لاَ يُصَلّي إِلاّ سِرًّا
“Hitunglah untukku berapa orang yang sudah melafazhkan Islam (syahadat).” Hudzaifah berkata: Kami berkata: “Wahai Rasulullah صلى الله عليه وسلم , apakah anda mengkhawatirkan kita padahal kita berjumlah antara enam ratus hingga tujuh ratus orang?” Nabi menjawab: “Sesungguhnya kalian tidak tahu, barangkali kalian akan diuji (dengan fitnah).” Hudzaifah berkata: “Maka kami mengalami masa ujian (fitnah) sampai-sampai salah seorang di antara kami tidaklah shalat melainkan secara sembunyi-sembunyi.”
Perbedaan jumlah yang disebutkan di dalam kedua hadits di atas sebenarnya tidaklah bertentangan. Jumlah enam ratus hingga tujuh ratus yang tersebut di dalam riwayat Muslim maksudnya adalah para lelaki muslim yang berada di kota Madinah. Sedangkan jumlah seribu lima ratus yang tersebut di dalam riwayat Al Bukhari maksudnya adalah gabungan jumlah lelaki muslim yang berada di kota Madinah dan yang berada di luar kota Madinah. Demikianlah yang dirajihkan oleh Imam An Nawawi rahimahullah
Hadits ini menceritakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم meminta kepada para sahabat untuk mendata jumlah para lelaki yang telah masuk ke dalam agama Islam. Setelah dihitung oleh para sahabat, ternyata jumlahnya mencapai sekitar seribu lima ratus orang pria. Dengan jumlah yang banyak ini, sebagian sahabat radhiallahu ‘anhum merasa bahwa kaum muslimin telah aman dari gangguan musuh sehingga Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak perlu merasa khawatir terhadap kondisi kaum muslimin.
Akan tetapi Nabi صلى الله عليه وسلم mengingatkan mereka untuk tidak berbangga diri dengan jumlah yang banyak karena Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan bahwa bisa jadi kelak di suatu masa mereka akan ditimpa oleh fitnah (ujian dan cobaan) yang dapat mencerai-beraikan mereka. Jumlah yang banyak tidaklah menjamin suatu kaum akan tetap terjaga dari suatu fitnah (ujian dan cobaan) yang berupa peperangan, perpecahan, dan perselisihan antara sesama mereka.
Ternyata apa yang dikatakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم benar-benar terjadi. Sepeninggal beliau, para sahabat dan kaum muslimin diuji oleh Allah dengan berbagai macam ujian dan cobaan di antara sesama mereka. Bahkan karena saking dahsyatnya fitnah yang terjadi, sebagian sahabat yang tidak ingin terlibat di dalam pertikaian tidak berani untuk ikut shalat berjamaah di masjid. Mereka terpaksa melaksanakan shalat di di dalam rumah-rumah mereka karena takut. Wallahul musta’an.
Di dalam hadits Hudzaifah di atas ada beberapa faidah yang bisa kita ambil. Di antaranya adalah:
1. Seorang pemimpin harus peduli terhadap keadaan orang-orang yang dia pimpin dan tidak mengabaikan mereka.
2. Seorang pemimpin harus menasehati orang-orang yang dia pimpin ketika mereka terjatuh kepada suatu kekeliruan atau kesalahan.
3. Bolehnya seorang pemimpin melakukan pendataan statistik terhadap orang-orang yang dia pimpin, baik dalam hal jumlah penduduk ataupun yang lainnya.
4. Bolehnya seseorang menyembunyikan keimanan dalam keadaan dia takut terhadap agamanya.
5. Larangan untuk berbangga dengan jumlah yang banyak sehingga merasa aman dari fitnah.
6. Seseorang tidak dapat mengetahui secara pasti perkara yang akan terjadi di masa yang akan datang.
7. Hadits ini menunjukkan tanda kenabian Nabi صلى الله عليه وسلم yang mengabarkan tentang perkara fitnah yang akan terjadi di masa depan berdasarkan wahyu dari Allah ta'ala.
8. Setiap orang, siapapun dia, pasti akan mengalami ujian dan cobaan di dalam hidupnya.
9. Ujian dan cobaan hidup itu bertingkat-tingkat. Ada yang berat dan ada yang ringan.
Demikianlah penjelasan ringkas dan faidah dari hadits Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu 'anhu. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
وبالله التوفيق