بسم الله الرحمن الرحيم
Di antara hadits palsu yang tersebar di kalangan kaum muslimin adalah hadits:
اِخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ
Hadits ini adalah hadits palsu yang tidak memiliki asal-usulnya di dalam kitab-kitab para ulama hadits terkemuka.
Al Albani rahimahullah berkata di dalam kitabnya yang penuh berkah Silsilatul Ahaditsi Adh Dha’ifah wal Maudhu’ah (1/141/57): “(Hadits ini) tidak ada asal usulnya. Para ahli hadits telah berusaha untuk mendapatkan sanadnya, akan tetapi mereka tidak berhasil mendapatkannya.
Al Munawi menukilkan dari As Subuki bahwa dia berkata: “(Hadits ini) tidak dikenal oleh para ahli hadits, dan aku tidak mendapatkan baginya sanad yang shahih, lemah, ataupun palsu.” Hal ini juga diakui oleh Syaikh Zakariya Al Anshari di dalam catatannya terhadap kitab Tafsir Al Baidhawi (ق92/2).”
Kemudian Al Albani berkata: “Kemudian, makna hadits ini diingkari oleh para muhaqqiq dari kalangan ulama. Al ‘Allamah Ibnu Hazm berkata di dalam kitab Al Ihkam fi Usuhulil Ahkam (5/64) setelah menjelaskan bahwa ini bukanlah sebuah hadits: “Ini adalah ucapan yang sangat rusak, karena jika perselisihan adalah rahmat maka berarti persatuan adalah kemurkaan. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dikatakan oleh seorang muslimpun, karena tidak ada sesuatu melainkan kesepakatan atau perselisihan, dan tidak ada sesuatu melainkan rahmat atau kemurkaan.”
Al Albani berkata: “Di antara efek buruk dari hadits ini adalah banyak dari kaum muslimin membiarkan dengan sebab hadits ini perselisihan sengit yang terjadi di antara keempat mazhab dan mereka tidak berusaha selamanya untuk mengembalikannya kepada Al Kitab dan sunnah yang shahih sebagaimana yang telah diperintahkan oleh para imam mereka radhiallahu ‘anhum. Mereka bahakan menganggap mazhab para imam tersebut radhiallahu ‘anhum tidak lebih seperti syariat (agama) yang berbeda-beda.”
Sampai kepada perkataan beliau: “Dengan hal tersebut, mereka telah menganggap syariat itu saling bertentangan! Hal ini saja merupakan dalil bahwa ia (perselisihan) bukan berasal dari AllAh ‘azza wa jalla jika mereka memperhatikan firman Allah ta’ala tentang Al Qur`an:
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa perselisihan itu bukan berasal dari Allah. Maka jika demikian, bagaimana mungkin ia dianggap sebagai syariat yang harus diikuti dan rahmat yang diturunkan (dari Allah)?”
Beliau juga berkata menerangkan efek buruk lain dari hadits ini: “Disebabkan oleh hadits ini dan yang sejenisnya, kebanyakan kaum muslimin setelah masa para imam yang empat hingga hari ini masih berselisih dalam berbagai masalah akidah dan ‘amaliah (praktik ibadah). Jika mereka menilai bahwa perselisihan itu adalah jelek sebagaimana yang tersebut di dalam Al Qur`an, hadits-hadits nabawi, Ibnu Mas’ud, dan selainnya radhiallahu ‘anhum, dan sebagaimana berbagai ayat telah menunjukkan celaan atasnya, niscaya mereka akan segera untuk bersepakat.”
Sampai kepada perkataan beliau: “Kesimpulannya adalah bahwasanya perselisihan itu adalah tercela di dalam syariat. Maka wajib untuk berusahan melepaskan diri darinya sedapat mungkin karena ia adalah penyebab lemahnya umat sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
Adapun ridha terhadapnya dan menamakannya dengan “rahmat”, maka ini menyelisihi ayat-ayat yang mulia yang menerangkan tentang keburukannya. Juga tidak ada sandaran baginya melainkan hanya hadits ini yang tidak ada asal-usulnya dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم .”
Demikianlah beberapa cuplikan dari perkataan Imam Al Albani rahimahullah di dalam kitabnya yang tersebut di atas. Semoga Allah ta’ala membalasnya dengan pahala yang berlimpah dan mengangkat derajatnya di surga.
والحمد لله رب العالمين