Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Dosa Syirik dan Kufur Bisa Terampuni

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketahuilah bahwasanya segala dosa betapapun besar dan banyaknya dapat diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala, termasuk di dalamnya dosa syirik ataupun kufur. Jika ada yang bertanya: “Bukankah Allah hanya mengampuni dosa-dosa selain syirik saja dan tidak mengapuni dosa syirik, sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” [QS An Nisa: 48] ?

Maka jawabannya adalah bahwa ayat ke-48 dari surat An Nisa berlaku bagi orang yang semasa hidupnya melakukan kesyirikan kepada Allah dan dia tidak bertaubat darinya sebelum datangnya masa sakaratul maut ataupun kematian. Adapun jika dia sempat bertaubat kepada Allah dari perbuatan syiriknya sebelum datangnya ajal, maka dia diampuni oleh Allah ta’ala.

Ada banyak dalil, baik dari Al Qur`an dan hadits yang menunjukkan bahwa kesyirikan dan kekufuran itu bisa terampuni jika pelakunya bertaubat sebelum datangnya sakaratul maut. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah ta’ala:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (17) وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya, dan Allah itu ‘Alim (Maha mengetahui) lagi Hakim (Maha Bijaksana). Tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” [QS An Nisa`: 17-18]

Ayat di atas menerangkan bahwa taubat yang diterima adalah yang dilakukan sebelum datangnya kematian. Adapun jika seseorang baru bertaubat dari kekafirannya ketika ajal sudah menghampirinya, maka taubatnya tidak diterima.

2. Firman Allah ta’ala:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Al Ghafur (Yang Maha Pengampun) lagi Ar Rahim (Yang Maha memberikan rahmat).” [QS Az Zumar: 53]

Ayat ini menerangkan kepada orang-orang yang telah menganiaya diri mereka dengan banyak berbuat dosa untuk tidak berputus asa mengharapkan pengampunan dari Allah karena Dia mengampuni semua dosa, termasuk syirik, jika mereka bertaubat dan meminta ampun kepada-Nya.

3. Firman Allah ta’ala:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Pemberi rahmat.” [QS An Nisa`: 110]

Di antara bentuk menganiaya diri sendiri adalah dengan melakukan kesyirikan karena syirik merupakan kezhaliman yang paling besar sebagaimana firman Allah ta’ala:

لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Janganlah engkau menyekutukan (sesuatu) dengan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang paling besar.” [QS Luqman: 13]

4. Firman Allah ta’ala:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada ilah (sesembahan) selain dari Ilah yang esa (Allah). Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapakah mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya, dan Allah itu Ghafur (Maha Pengampun) lagi Rahim (Maha Pemberi rahmat).” [QS Al Maidah: 73-74]

Ayat ini mengandung seruan kepada kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari tiga Tuhan yang disembah (trinitas) agar mereka segera bertaubat dari kesyirikan dan kekufuran mereka ini sebelum siksaan yang pedih mendatangi mereka dan taubat mereka tidak lagi diterima oleh Allah.

5. Firman Allah ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (161) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu, tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” [QS Al Baqarah: 161-162]

Pemahaman yang dapat diambil dari ayat ini adalah bahwa jika orang-orang yang kafir semasa hidupnya lalu mati dalam keadaan telah beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan kekafirannya maka dia tidak lagi mendapatkan laknat dan siksa dari Allah ta’ala.

6. Firman Allah ta’ala:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat, mengadakan perbaikan (atas kerusakan yang telah mereka lakukan), berpegang teguh pada (agama) Allah, dan mengikhlaskan agama mereka karena Allah, maka mereka itu bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” [QS An Nisa`: 145-146]

Orang munafik adalah orang yang menampakkan keimanan kepada orang lain padahal dia menyembunyikan kekufuran di dalam hatinya. Oleh karena itulah Allah mengancam kaum munafik dengan menempatkan mereka di tingkatan neraka yang paling bawah jika mereka tidak bertaubat kepada Allah dari kemunafikan mereka.

7. Firman Allah ta’ala:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90) آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

“Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga ketika Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya beriman bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang benar melainkan Ilah yang diimani oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” Apakah sekarang (baru kamu beriman)? Padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” [QS Yunus: 90-91]

Ayat ini mengisahkan tentang keadaan Fir’aun ‘alaihi la’natullah yang baru menyatakan keimanan kepada Allah ‘azza wa jalla ketika kematian sudah menghampirinya, akan tetapi Allah tidak lagi menerima taubatnya pada saat seperti itu.

8. Firman Allah ta’ala:

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ (84) فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

“Maka tatkala mereka (kaum kafir) melihat azab Kami, (barulah) mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami mengingkari sembahan-sembahan yang telah Kami persekutukan dengan-Nya.” Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya, dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.” [QS Ghafir: 84-85]

9. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ اللهَ َيَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum ruhnya mencapai tenggorokannya.” [HR At Tirmidzi (3537)]

Apabila ruh sudah berada di tenggorokan maka kematian telah pasti datangnya, dan ketika itulah taubat tidak diterima lagi oleh Allah.

10. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, Rasululullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ لَقِيَ اللهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئا دَخَلَ الْجَنّةَ، وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النّارَ

“Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun maka dia masuk surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu maka dia masuk neraka.” [HR Muslim (93)]

Hadits ini dengan jelas menerangkan bahwa orang yang mati dalam keadaan bertauhid akan dimasukkan oleh Allah ke dalam surga. Sebaliknya, bagi orang yang ketika meninggal berada di atas kesyirikan, maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka.

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menerangkan bahwa kesyirikan dan kekufuran itu akan terampuni bila pelakunya bertaubat darinya dan memohon ampun kepada Allah sebelum kematian mendatanginya. Ini merupakan rahmat Allah yang sangat besar dan agung kepada hamba-hamba-Nya.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam orang-orang yang senantiasa mentauhidkan Allah di dalam kehidupan kita dan menghindarkan kita dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran hingga kematian mendatangi kita. Amin ya Rabbal ‘alamin.

والحمد لله رب العالمين